Bergerak Waktu Dua Pandangan Sama

Setiap waktu aku mengerjakan pekerjaan ini yang diberikan oleh orang yang sama dimana dia yang mengajar dan mendidikku dengan disiplin. Dia tidak pernah telat waktu karena itu aku menyebutkannya disiplin. Tapi untuk apa dia berusaha sekeras mungkin buat aku disini? Padahal dia sendiri tahu bahwa dia punya banyak pekerjaan harus dilakukan. Dia adalah guru yang mengajarku, teman sebaya sepertiku dari Sekolahku. Setiap waktu dia selalu mengguruiku karena aku tidak pernah berhasil, menyelesaikan tugas yang diberikan setiapnya dengan cepat dan tepat sepertinya. Bersama menghitung waktu yang maju, di Perpustakaan ketika istirahat Sekolah..

Dia memang sosok yang aku kagumi, karena dia sangat konsisten. Tidak ada yang sama mungkin dari teman sebaya yang kukenal, seperti dirinya yang selalu berpegang teguh dengan pendirian darinya itu, namun karena kekaguman itu malah membawakan kelelahan setiap waktu bagiku. Karena aku harus belajar dari guru tersebut, mau, tidak mau..

Aku ingin mendapatkan nilai yang bagus dalam sebuah pekerjaan tersebut, namun setiap kali aku berusaha, tetap mungkin tidak memiliki bakat. Aku hanya selalu mendapatkan nilai yang pas atau standar baginya. Aku sesekali itu mulai ingin merasa menyerah dan putus asa, namun dia menyemangatiku melalui cara kerja dari disiplinnya tersebut..

"Apa kamu ingin menyerah dan putus asa dengan keadaan begini?" Tanyanya dengan gaya khas darinya selain nada disiplin yang keluar. "Mau bagaimana lagi, inilah kemampuanku, aku tidak bisa melampaui sepertimu." Jawabku kepadanya dengan pasrah dan seperti seakan menerima nasib hidupku..

Dia terdiam tanpa berkata apa lagi, seiring kemudian memberikan senyumannya. Terlihat berbeda dari penampilan setiap kali yang ditampilkannya padaku ini, biasanya yang selalu konsisten dengan pendirian yang merupakan itu karakternya, namun baru pertama kali aku memandang dia penuh dengan bunga..

"Sepertinya, bila kamu selalu senyum, cantik juga itu buat kamu." Gombalku kepadanya memandang dia yang tengah tersenyum indah memancarkan kecantikannya. "Kalau begitu, bila kamu ingin, aku mau selalu seperti ini." Katanya kepadaku lewat senyuman terindah terakhir kalinya itu kepadaku memandangnya..

Kemudian, dia kembali menjadi dirinya seperti dirinya yang pada biasanya, dan memberitahukan syaratnya itu tersebut, karena syaratnya darinya itu memotivasiku. Aku tidak ingin melewatkan sesuatu yang menjadi kesempatan satu kali. Kesempatan itu yang tidak dapat datang kedua atau dan seterusnya..

Aku mulai belajar dengan kesungguhan dan keseriusan karena memiliki motivasi, seolah menarikku terus dan selalu belajar walau itu tidak mau. Bila dari awal-awal begini, mungkin tiada akhir bagi diriku. Begitu lah apa aku pikirkan, bergerak dalam dua pandangan sama. Selalu memandang dirinya dari keindahannya seperti bunga-bunga yang menawan..

Akhirnya membuatku mendapatkan nilai yang luar biasa karena motivasi itu, dia pun tersenyum seiring waktu juga bersama selalu mengguruiku hidupku, namun sebaliknya mungkin suatu ketika, aku akan juga menggurui hidupnya, sebagai wujud balasan terima kasihku kepadanya yang konsisten telah pudar..


Bergerak Waktu Dua Pandangan Sama 


photo credit: The Portico Library Reading Area via photopin (license)

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Bergerak Waktu Dua Pandangan Sama"

Posting Komentar

Budayakan Membaca Sebelum Berkomentar