Bersantai Seiring Waktu Mengungkapkan Rasa

Dia terdiam saja ketika aku berusaha menarik tangan menghindari keributan, aku pun kebingungan bagaimana menjelaskan padanya, aku takut dia berpikir, sesuatu yang membuatku seolah-olah melakukan sesuatu yang bersalah padanya. Mengapa aku berpikir demikian? Karena semua terlihat dari wajahnya kini..

"Apa aku melakukan sebuah kesalahan?" Tanyaku khawatir melihat dia terdiam. "Tidak kok, tidak sama sekali." Jawabnya cepat tanpa berbasa-basi. Aku bersyukur bila kiranya begitu, sambil menghela nafas untuk ketenangan, kemudian aku membaringkan tubuhku di bawah Pohon besar yang rindang. Sambil memejamkan mata sejenak beristirahat, menggunakan waktuku dengan sebaik mungkin..

"Eh, namaku Lola. Namamu siapa?" Tanya Lola kepadaku yang terbaring. "Namaku Beni. Silakan panggil Ben." Jawabku dengan kata-kata bijak. Ketika dia bertanya duduk sampingku, dan aku menjawab memejamkan mata. Aku dan dia tidak berbasa-basi kemudian setelah menghabiskan hari tersebut sepanjang seharian dengan kegiatan-kegiatan dari Sekolah yang berusai..

Aku kemudian membuka mataku dan mulai pulang dari Sekolahku ini. Sambil menghitung hari, aku berpikir, "Oh, iya, Ulangan Minggu Depan." Kataku mengingat dari selintas pikiran. Aku pun segera bergegas pulang dengan bersantai sesuai perkiraan waktu. Namun sepertinya ada yang mengikuti dari belakang, entah kenapa perasaan..

Aku mengabaikan sambil terus bergerak, tanpa harus berucap kata kepadanya. Namun dia menepuk pundakku dengan lemah lembut seperti layaknya gadis. Aku pun menoleh ke arah belakang sambil mengekspresikan diriku kepadanya, penampilan yang membuat seolah agar dia merasa takut dan menghindar..

Namun, dia seperti tidak takut dan menampilkan diri apa adanya. Dia memberikan senyuman khas darinya seperti semula itu terjadi sebelumnya. Namun hanya kali ini sepertinya memberikan maksud yang berbeda kepadaku. Sambil tersenyum, melihat dia dari jarak jauh membuatku tersadar sesuatu. Bahwa sesuatu yang sepertinya pernah aku rasa begitu sangat dekat. Sesuatu yang mengingatkan gambaran pada seseorang yang sangat aku sayangi..

"Ibu, Beni sayang sama Ibu." Kataku teringat sesuatu yang menyedihkan. Ibuku harus pergi meninggalkanku semasa kecil, aku tidak bisa mempungkirinya. Bersama dengan Ayah dan keluarga lainnya entah kemana tersebut berada. Hidupku dititipkan dan diasuh oleh Pemilik Asrama berada di Asrama. Dimana Asrama tersebut memang memiliki peraturan yang ketat dan tegas. Terutama dengan mengikuti waktu adalah patokan dari hidupku dalam kehidupan. Maka itu aku sangat menganggap waktu sangat penting karena aku telah mendapat pengajaran khusus dari sejak kecil hingga sekarang ini..

"Ben, rindu ya sama Ibumu?" Tanya dia kepadaku yang tengah terdiam hening tanpa seraya berkata. Sambil mengekspresikan sedih yang terlihat apa adanya, memperlihatkan rasa rindu. Dia seolah mengerti cepat perasaanku, ketika aku memandangnya jarak jauh. Menggantikan kesanku kepadanya pada perasaan, serasa terhibur merasa sedikit tenang. Ketika berada di dekatnya, dari mula perasaan itu sudah dirasakan. Mungkin karena gender sebagai alasan, membuat dia peka pada perasaan..

"Iya, aku merindukannya daripada lainnya." Jawabku memandang langit-langit yang memperlihatkan dirinya diam dalam tenang dengan situasi yang menggambarkan sepertinya. Begitu lah jawabanku, karena Ibu adalah satu-satunya mengisi hidupku. Sebelum beliau meninggalkanku, beliau pernah merawat dan membesarkanku hingga sekarang. Namun entah alasan kenapa yang membuatku bingung ketika sebuah kejadian. Kejadian yang tidak terduga membawaku tiba tanpa penjelasan pada tempat..

"Kalau begitu, anggaplah aku Ibumu." Kata dia tertuju kepadaku dengan suara nada halus dan lembut. Aku tidak bisa begitu saja menerima, karena aku belum paham, apa yang membuat dia tiba semudah itu mengucapkan kata tersebut. Padahal aku dan dia belum saling memahami satu sama lain. Aku baru mengenal dia sesaat, walaupun aku merasa tenang dengannya, tapi tetap tidak bisa memberikan alasan kuat dari sebuah perbandingan untuk membiarkan kejadian begitu saja terlihat terjadi dari tempatku berdiri..

"Aku tidak paham, apa maksudmu?" Tanyaku kepadanya dia yang disana. "Eh, bukan apa-apa, maaf." Jawab dia terbata-bata malu. "Maksudmu, aku boleh cerita apa adanya bebas tanpa menyembunyikan sesuatu?" Tanyaku kepadanya membuat situasi tersebut berubah dengan meluruskan maksud darinya. "Iya, itu maksudku, jika memang boleh, tapi aku tahu mungkin." Jawab dia bingung harus berucap apa kepadaku mengganti ekspresi penampilannya. "Aku tidak bisa menerimanya sebelum memahami dengan orang yang kukenal." Kataku kepadanya yang memang sewajarnya, berasal dari sebuah keputusan tepat..

Walaupun dia terlihat serupa tapi ada yang membuatnya tersebut berbeda. Aku tidak bisa memberikan hidupku kepada seseorang yang baru kukenal. Itu lah ajaran juga yang sering diajarkan dan didengar Ibu. Namun sambil mengulurkan tanganku kepadanya, aku mengajak dia pulang bersama. Karena sepertinya ada maksud sebelumnya, dia berniat seperti itu kepadaku. Sebelum dari sebelum-sebelumnya ketika dia mengikutiku saat bergegas pulang. Walaupun aku belum memahami dirinya, namun satu hal kudapat darinya, seharian bersama aku habiskan waktu dengannya di Sekolah membuatku mengerti, dia adalah orang yang baru dan membutuhkan banyak bimbingan dariku..


Bersantai Seiring Waktu Mengungkapkan Sesuatu


photo credit: Bethaniëplein, Zeist, Netherlands - 4451 via photopin (license)

Postingan terkait:

3 Tanggapan untuk "Bersantai Seiring Waktu Mengungkapkan Rasa"

Budayakan Membaca Sebelum Berkomentar