Lima Sekawan

Cerita ini bermula dari Rio, Nio, Vio, Tio, Mio, yang selalu bersama-sama..

“Ayo, Nio, kamu bisa!” Semangat Rio.

“Sepertinya susah nih.” Keluh Nio.

“Jangan menyerah sebelum mencoba!” Semangat Vio.

“Baik-baiklah.” Kata Nio.

Lima sekawan yang selalu bersama-sama itu tampak sedang berenang di dalam kolam renang. Namun dari lima sekawan itu, yang tidak bisa berenang adalah Nio..

“Ayo, Nio!” Dukung Mio.

“Iya, ayo!” Dukung Tio.

Nio baru belajar berenang, Nio merasa khawatir dan sedikit takut, namun empat dari lima sekawan itu selalu mendukung dan memotivasi hidup Nio. Nio harus percaya dan yakin pada dirinya sendiri. Sambil mengingat yang sudah diajarkan oleh teman-temannya tadi, Nio mencobanya dan..

“Kamu bisa!” Teriak Rio.

“Iya, Rio, aku bisa nih, wah senangnya!” Semangat Nio.

“Ayo, Nio, gerakkan sampai ke sini!” Teriak Rio.

Empat sekawan kecuali Nio itu menunggu di garis akhir dalam kolam renang tersebut..

“Syukurlah, kamu bisa.” Kata Tio.

“Iya.” Kata Nio.

“Sekarang kita berlima bisa berenang, bagaimana kita berenang bersama-sama?” Tanya Mio.

“Ayo!” Teriak Lainnya.

Lima sekawan itu tampak sangat menikmati dengan yang mereka lakukan, semua itu tampak kelihatan, kebersamaan dan kebahagiaan yang ada pada lima sekawan..

“Seru sekali ya.” Kata Rio.

“Iya.” Kata Lainnya.

“Kita istirahat dulu yuk.” Kata Rio.

“Iya.” Kata Lainnya.

Lima sekawan itu keluar dari kolam renang tersebut, mengistirahatkan diri mereka setelah puas menikmati berenang dalam kolam renang..

“Bagaimana, aku traktir kalian semua disini?” Tanya Vio.

“Traktir apa?” Tanya Nio.

“Makanan atau Minuman?” Tanya Mio.

“Bagaimana kalau minuman?” Tanya Vio.

“Iya!” Semangat Lainnya.

Vio keluar mencari dan membelikan minuman dengan uang yang dipunya, sementara empat sekawan tersebut menunggu dan saling berinteraksi antara satu sama yang lain..

“Oh ya, Nio?” Tanya Rio.

“Iya, Rio, ada apa?” Tanya Nio.

“Biasanya jam segini, kamu ngapain?” Tanya Rio.

“Jam segini, mungkin tidur siang.” Jawab Nio.

“Oh, begitu.” Kata Rio.

“Ada apa?” Tanya Nio.

“Tidak apa-apa, cuma sekedar bertanya.” Jawab Rio.

“Oh..” Ucap Nio.

Vio pun datang dan membawakan minuman untuk mereka berempat..

“Halo, semua!” Sapa Vio.

“Halo!” Sapa Lainnya.

“Sudah pada haus ya?” Tanya Vio.

“Iya!” Jawab Lainnya.

“Mana minumanku, Vio nih?” Tanya Mio.

“Sebentar, sebentar, yang sabar.” Jawab Vio.

Vio membagikan mereka berempat dengan penuh rata dan seadil-adil dan setelah selesai minum..

“Ada apa, Vio, saat minum tadi, sepertinya kamu gelisah?” Tanya Rio.

“Tidak apa-apa Rio.” Jawab Vio.

“Begitu..” Ucap Rio.

“Jujur saja kali, Vio.” Kata Mio.

“Mio.” Kata Vio.

“Uangmu jadi kurang, kan?” Tanya Mio.

Vio menggangguk perlahan dan menunduk malu..

“Sudah, aku ganti nih. Tapi tidak seberapa, maaf ya.” Kata Mio.

“Tapi, Mio.” Kata Vio.

“Sudah, enggak perlu tapi. Terima saja, kita lima sekawan kan harus senasib sepenanggungan.” Kata Mio.

“Iya, benar itu kata Mio. Aku juga bantu nih, walau tidak seberapa juga.” Kata Nio.

“Iya, kita sudah lama juga berkawan. Kamu tidak boleh lupa dengan ucapan kita bersama. Aku ikut sumbang nih.” Kata Tio.

“Teman-teman.” Tersenyum Vio.

“Aku juga, Vio, jika dihitung semuanya, mungkin terasa sudah cukup buat kamu.” Kata Rio.

“Terima kasih banyak.” Tersenyum Vio.

“Iya.” Kata Lainnya.

Nio melihat Rio yang tampak aneh tadi, Nio merasakan ada sesuatu hal yang tidak memungkinkan bagi Rio membicarakannya, Nio pun mencoba memancing Rio berbicara terbuka agar tidak terjadi hal yang serupa seperti yang dialami oleh Vio yang dimana harus menanggung semuanya sendirian..

“Karena aku sudah bisa berenang sekarang, bagaimana kita ke Rumah Rio sekarang?” Tanya Nio.

“Oh, boleh itu.” Jawab Mio.

“Iya, lagipula aku juga belum pernah lihat Rumah Rio.” Kata Tio.

“Kita sudah lama berkawan juga, masing-masing sendiri kita sudah tahu dan mengenal tempat tinggal masing-masing, tapi kurang adil kan, kalau Rumah Rio, tidak pernah kita lihat?” Tanya Nio.

“Iya!” Jawab Mio, Nio, Tio.

“Eh, tapi.” Kata Rio.

“Apa kamu menyembunyikan sesuatu hal dari kami, Rio?” Tanya Nio.

“Enggak, tapi.” Kata Rio.

“Kalau enggak ada, ayo kita pergi bersama-sama.” Kata Tio.

“Tapi, aku tidak bisa!” Teriak Rio.

Empat sekawan tersebut terkejut..

“Kenapa, Rio?” Tanya Tio.

“Bila ada masalah, coba ceritakan saja.” Kata Mio.

“Begini..” Ucap Rio.

Rio pun menjelaskannya, baru-baru ini Rumah Rio sedang mengalami musibah kebakaran, hingga Rio bersama dengan keluarganya harus membangun dan memulai perjuangan hidup mereka dimulai dari titik nol, mendengar itu..

“Aku ikut bersedih, Rio.” Kata Mio.

“Iya, maafkan aku ya, kalau tadi berkata mungkin lancang bagimu.” Kata Nio.

“Tidak apa, Nio, aku ngerti, kok.” Kata Rio.

“Hmm..” Pikir Tio.

“Kamu ada ide, Tio?” Tanya Nio.

“Kalau Tio sudah berpikir, semua itu pasti ada jalan keluarnya.” Kata Mio.

“Kamu berlebihan tahu, Mio.” Kata Tio.

“Haha.” Tawa Mio.

Mio berusaha tertawa walaupun kondisi masih belum memungkinkan untuk boleh tertawa bersama semuanya dengan lima sekawan. Mio melakukannya untuk menghibur yang lainnya. Tapi sepertinya mereka berempat tidak sama sekali tertawa..

“Eh, tidak lucu ya?” Tanya Mio.

Empat sekawan tersebut tampak kebingungan..

“Maafkan, aku.” Malu Mio.

“Sudah, tidak apa, aku tahu, kok. Kamu berusaha untuk menghibur. Tapi kita tidak boleh tertawa sendirian karena Rio.” Kata Nio.

“Iya.” Kata Mio.

“Haha.” Tawa Rio.

Rio yang mendengar semua hal tersebut pun kemudian tertawa dan yang lainnya terkejut..

“Rio.” Kata Mio.

Melihat itu, yang lainnya juga ikut tertawa bersama seakan melepas beban berat dalam pikiran..

“Jadi lega. Terima kasih ya, Mio.” Kata Rio.

“Iya, sama-sama Rio.” Kata Mio.

Lima sekawan tersebut tampak bahagia bersama namun..

“Kita tidak boleh berbahagia dulu, karena kita masih belum menemukan solusi tepat atas masalah yang menimpa pada keluarga Rio ini.” Kata Tio.

“Iya, benar, kamu sudah menemukannya?” Tanya Mio.

“Sudah, ingat kan dengan uang kita yang tadi?” Tanya Tio.

“Iya.” Jawab Lainnya.

“Uang kita yang tadi, kita sumbangkan saja pada keluarga Rio, mungkin dapat cukup membantu.” Kata Tio.

“Iya.” Kata Lainnya.

Empat sekawan tersebut kemudian memberikan uangnya yang ada pada Vio kepada Rio..

“Teman-teman, tapi serius tidak apa?” Tanya Rio.

“Iya, tidak apa-apa, aku ikhlas juga kok.” Jawab Vio.

Bersamaan ketiga kawan lainnya yang mengangguk perlahan dengan senyuman..

“Terima kasih banyak.” Kata Rio.

“Iya.” Kata Lainnya.

“Tapi, kamu jangan senang dan berbahagia dulu.” Kata Tio.

“Kenapa?” Tanya Rio.

“Mio.” Kedip Tio.

“Iya, aku dan Tio tadi ada berbicara sebentar sementara kamu dan Nio sedang ikut berbicara juga.” Kata Mio.

“Oh, iya. Lalu?” Tanya Rio.

“Aku memikirkan hal besar, aku mempunyai banyak kawan dan sengaja juga aku kumpulkan kawan yang banyak untuk membantu dan mendukung kuat dari solidaritas kita sebagai lima sekawan untuk sebagai relawan yang akan senantiasa untuk membantu bila kita bersama ada suatu masalah. Mereka semua sudah sangat setuju, karena kita juga lima sekawan yang berdiri sudah dikenal cukup banyak oleh kalangan masyarakat atas kontribusi yang kita berikan dengan baik, dengan kesempatan tersebut, mereka juga ingin membalasnya dengan baik, semua itu saya lakukan juga sukarela karena juga kalian semua pernah membantu dalam hidupku dan Tio ketika pernah mengalami keterpurukan dalam terjatuh dan tak bisa bangkit berdiri pada kehidupanku yang dulunya adalah suram..” Ucap Mio.

“Wah, Mio, sampai segitunya kamu berpikir.” Kata Rio.

“Iya, luar biasa.” Kata Nio.

“Iya, begitu, semua ini sudah aku sepakatkan dengan Mio dan yang lainnya bersama untuk akhirnya memberikan donasi atau sumbangan pada Rio yang mengalami musibah besar.” Kata Tio.

“Tapi, teman-teman, tidak seperlu sebegitu besar kok masalah ini.” Kata Rio.

“Tidak bisa karena kamu bagian dari lima sekawan, kamu juga adalah kawan bagi kami, kami tidak bisa membiarkan kamu menanggung semua, aku tahu kamu sangat membutuhkan.” Kata Tio.

“Iya, Rio, terima saja, ketika mendengarnya pendapat Tio, aku ikhlas.” Kata Vio.

“Iya, aku juga.” Kata Nio.

“Baiklah, kalau begitu, aku sangat berterima kasih banyak pada kalian semua disini.” Kata Rio.

Lima sekawan tersebut saling tersenyum memandang antara satu sama yang lain dengan setara dan sederajat, akhirnya segala persoalan hidup yang menimpa pada mereka lima sekawan teratasi dengan baik, mereka saling bantu-membantu dalam menghadapi suatu masalah, baik itu besar atau pun kecil, karena bagi mereka lima sekawan tersebut sangat menjunjung tinggi keadilan..


Lima Sekawan


photo credit: Colours of Light via photopin (license)

Postingan terkait:

5 Tanggapan untuk "Lima Sekawan"

  1. Kawan seperti itulah yang harus kita cari. kawan dimana kita sedang merasa kesusahan dia selalu ada walaupun hanya memotivasi dan kawan dimana kita bisa belajar bersama hingga kita semangat karena motivasi dan dukungan dari seorang kawan. seperti pada cerita ini Nio yang tidak bisa dan takut berenang menjadi berani dan bisa karena motivasi dan dukungan dari keempat temannya yang saya tidak bisa sebutkan karena cukup pusing namanya hampir sama dan berakhiran huruf O :D haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, benar, begitu lah kiranya juga lima sekawan yang mengajarkan nilai-nilai kehidupan sebenarnya, padahal saya kira juga sudah cukup mudah mengingat namanya.. :)

      Hapus
  2. hubungan antar teman yang mengagumkan, hubungan yang tidak mementingkan diri sendiri. dan seperti itulah teman yang ingin kumiliki. tapi apalah daya, susah untuk mencari orang seperti itu untuk jadi teman :( yah karena zaman sekarang sudah mulai berkurang, ato hampir tidak ada..!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, apa serius tidak ada ya? Saya pikir itu ada jika kita sendiri memulainya.. :)

      Hapus
  3. Sungguh cerita prsahabatan yg mnyentuh :') Tp di dunia nyata sprtinya jarang ya ada crta prsahabatan yg kyak gini.. Psti ada aja yg ngmg di blkg, musuh2an, dll. Huft, andai aja cerita ini ada di dunia nyata...
    Eh, btw namanya hmpir sama smua. Aku gak apal2, agak keder jg deh._. Namanya aku gnti A, B aja ya?._.

    Aku kagum dgn usaha si A mnghibur si B itu, simple, awalnya emg pda kaku, antara pgn ktwa, tp temnnya lg ketimpa musibah. Akhirnya si yang ktwa dluan bru deh smua ikut trhibur :)

    BalasHapus

Budayakan Membaca Sebelum Berkomentar