Surat Kabar Ucapan Salam Termanis

Namaku Lola, aku tidak punya siapapun dalam hidup pada sebelumnya, ceritaku sebelumnya bermula dari keberadaanku yang tidak dianggap atau diakui, karena aku memiliki sebuah masalah yang mempengaruhi keadaan lingkungan sekitarku, sehingga mengakibatkan orang-orang sekitarku menjauhiku tanpa alasan jelas padaku, walaupun sesungguhnya aku tahu alasan jelas tersebut karena aku merasakannya..

Bukan aku anak yang nakal, dan sering mencari keonaran sekitarnya, bukan juga aku karena kuper. Yang menyebabkan aku menjadi kesepian. Karena hidup saat itu diliputi dengan kesunyian tanpa adanya siapapun. Aku hampir tidak sanggup menerima kenyataan untuk mengakui aku lemah. Aku memiliki fisik yang kurang daripada lainnya yang pernah mengenalku. Karena tersebut, membuat mereka menjauhiku walaupun aku berusaha untuk mendekatinya..

Suatu ketika, aku pernah juga memberanikan diri untuk bertanya mereka, "Bolehkah aku berteman dengan kalian, untuk saat ini dan seterusnya?" Namun mereka terdiam sambil berbisik-bisik antara satu sama lain, meninggalkanku kemudian menjauhiku tanpa alasan jelas seperti yang kukatakan sebelumnya, setelah tersebut aku hanya menjalani hidupku dengan berusaha yang kubisa. Mau atau tidak mau, aku harus berjuang untuk masa depanku. Aku tidak boleh pasrah dan menyerah menerima segala kekurangan hidupku. Aku harus bisa membuktikan bahwa aku bisa bersinar menerangi dunia. Karena kekurangan bukan sebuah hambatan, setiap mereka juga memiliki kekurangan. Kita semua memiliki kekurangan walaupun tidak begitu terlihat dengan menonjolkan..

Aku tidak punya keluarga siapapun, aku hidup sebagai seorang diri. Yang aku kenal pernah mengasuhku, juga sudah sekarang meninggal dunia. Hanya satu dari segala sesuatu yang mengisi hidupku dengan motivasi. Dia yang pernah mengasuhku berkata "Jadilah Anak Kuat dan Mandiri." Begitulah dari kata-kata yang ditinggalkan dan dititipkan kepadaku sekarang. Kata-kata yang selalu teringat dan terngiang-ngiang ketika membutuhkannya. Walau terima kasih belum sempat terucapkan dariku saat ketika tersebut, namun aku pasti akan mewujudkan keinginan terdalam dia hanya untukku. Sebagai ungkapan rasa terima kasih dariku juga yang tulus membesarkanku terutama menerima segala kekurangan dan kelebihan diriku dengan penuh rasa kesabaran..

Seiring roda waktu bergulir cepat, aku mulai tumbuh dan berkembang. Sebagai seorang yang akan masuk pada Sekolah SMA yang ternama. Karena sebuah kebanggaan pada diriku berhasil mencetak prestasi pada sebelumnya. Dan dibiayai serta ditanggung serelanya oleh pihak yang bertanggung jawab. Mengapa bisa aku berpikir demikian? Karena cukup sebuah alasan tertentu. Aku percaya kepada dia tersebut, karena dia seorang penuh perhatian. Kedua kalinya, mungkin terjadi padaku, aku memilikinya sebagai seorang guruku. Namun kemudian, guru tersebut mulai memiliki banyak masalah dalam kehidupan. Alasan dari berbagai alasan yang ada, guru tersebut memiliki keluarga. Aku pun tidak ingin membebani dengan merepotkan sehingga menghancurkan keluarganya. Sebelum melepas tanggung jawabnya kepadaku, "Jangan Menyerah dan Tetap Bersemangat." Begitulah katanya kepadaku yang sangat mengenal tentangku pada terakhir kalinya..

Aku mencari dan menempuh jalan hidupku, hingga tanpa kesengajaan hidupku. Aku bersyukur hidupku ditanggung sepenuhnya oleh pihak yang bertanggung jawab. Sekalipun beliau juga pernah merasa derita dari luka pedih kehidupan. Namun beliau berjuang keras untuk hidupnya hingga sukses sekarang ini. Menjadi seorang pemilik asrama. Beliau juga pernah mempertemukan aku dengannya. Sebelum beliau pernah menceritakan ada dua yang diasuh dengan spesial. Dengan kata lain maksud spesial, berusaha keras membawanya hingga sukses. Dua tersebut, tidak lain sekarang, aku dan bersama dia tersebut. Seseorang bernama Beni yang sejalan denganku bersekolah yang sama, walaupun dia belum mengenal tentangku, karena aku hanya memandang jarak kejauhan. Begitu pun aku belum mengenal tentangnya, sebatas cuma mengenal nama.. 

Aku sangat senang ketika memandangnya, walaupun sebenarnya sedikit berdebar-debar. Karena kesan pertama kaliku kepadanya membuat perasaan tersebut seolah berdebar. Dengan getaran-getaran yang menarikku untuk mencoba sekali lagi bersosialisasi. Walaupun dia begitu terlihat dingin dengan tampak cuek apa adanya, tapi dia teman pertama buatku yang sangat menarik antara lainnya. Aku pun berusaha mendekati sehingga mendapat info penting tentang dia. Bahwa dia sangat menyayangi Ibu, aku mengerti sebuah hal tersebut, karena aku amat merasa hal tersebut pernah diajari seseorang spesial. Pengasuh yang mengasuhku, Guru yang mendidikku, cukup membuatku mengerti kasih. Lemah lembut dan pengertian, tidak mengenal baik atau pun buruk.

Suatu Pagi, aku memandang dia dari kejauhan berjalan Sekolah sendiri. Tidak ada siapapun mendekati dirinya, hanya dia seorang diri disana. Dia yang begitu kuat dan mandiri, tidak menyerah, tetap bersemangat. Semua kata-kata pernah terucapkan ada pada dirinya yang memegang. Membuat aku mengaguminya dengan keadaan dirinya yang tangguh sebagai pria. Sambil tersipu malu, aku menundukkan kepalaku hingga berjalan berpapasan dengannya. Karena mengingat segala tentang tersebut, padahal belum lama aku mengenalnya..

"Selamat Pagi, apa kabarmu? Baik-baik saja atau lagi sakit?" Tanya dia setiba-tiba padaku dengan pandangan mata yang mempesona. Entah ada angin apa membuat dia sebegitu perhatian hari ini, Aku pun berusaha menampilkan apa adanya seperti pada sesuatu biasanya, mencoba menyembunyikan perasaan-perasaan ini terhadap segala sesuatu tentang dia. Sebuah surat pada mengawali Pagi darinya, kabar ucapan salam termanis. Lewat pesan yang mengisyaratkan dua insan yang dipertemukan menghadapi kenyataan. Tentang perjalanan hidup yang dialami dari bermula hingga saat ini..

"Baik, kok, siapa yang sakit." Senyumku kepada dia bernama Beni. "Oh, begitu. Aku kira sakit." Kata dia kepadaku berjalan dengannya. "Apa kelihatan begitu, darimana coba?" Tanyaku penasaran dari jawaban dia. "Tadi, kamu menundukkan kepala, begitu." Jawabnya spontan tanpa berbasa-basi. "Oh, iya, karena begitulah aku." Kataku tersenyum memandang jalan-jalan. "Oh, begitu, kalau begitu salahku." Kata dia tiba sedikit malu. "Bukan salah kok, itu benar." Kataku serius sambil juga menghiburnya. "Benarkah? Karena ini pertama kaliku." Katanya kepada aku menjelaskan sesuatu. "Iya, benar kok. Apa adanya." Kataku mengerti maksud dia sebenarnya..


Surat Kabar Ucapan Salam Termanis


photo credit: Water Lily, Sunset via photopin (license)

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Surat Kabar Ucapan Salam Termanis"

Posting Komentar

Budayakan Membaca Sebelum Berkomentar