Takkan Pernah Terpisah Walaupun Jauh

Hari seperti biasa yang dilalui oleh aku disini, mengikuti waktu. Aku hanya menyusuri langkah kakiku perlahan sambil memperhitungkan sebuah waktu. "Kira-kira apa aku bisa tepat sampai pada ke Sekolah?" Tanyaku memandang jam tangan yang mengikat pada tanganku ini. Aku tidak bisa memperkirakan waktu tersebut, entah kenapa tiba-tiba. Hal tersebut terlintas terjadi kepadaku, mungkin atau tidak mungkin sesuatu. Membuatku bingung seakan dan seolah-olah pandanganku jadi kabur seketika, selain yang tampak tersebut adalah hanya aku bersama dengan dia. Sambil memandang Lola kelihatan gelisah dari sejak tadi berjalan denganku..

Aku tidak bisa berdiam diri, aku bingung dengan penuh kekhawatiran. Perasaan yang selalu berdebar-debar ketika bersama dengan dia terjadi, aku berusaha menyembunyikan perasaan tersebut dengan sambil mencari sesuatu diriku, kebetulan aku kehilangan sesuatu yang harus aku cari dan temukan. "Aduh, kemana ya, bagaimana nih? Padahal itu amat penting bagiku." Kataku dengan kegelisahan seperti terlihat dari Beni yang seketika mengamatiku. Aku jadi merasa takut kemudian seiring setelah kegelisahan tersebut hilang, karena aku tidak menjumpai barang yang harus aku temukan sebenarnya..

Aku berdiam diri dan mencoba mengabaikannya, agar waktuku tidak terbuang. Namun kelihatan, beberapa lama kemudian, aku seperti orang yang jahat. Karena telah mengabaikan sekira sesuatu tidak ada terjadi apa-apa. Aku tidak bisa begitu, karena aku bukan orang seperti itu. Namun apa yang harus kulakukan? Aku juga bingung untuk membantunya. Karena sudah melirik kesana kemari, aku tidak menemukan sama sekali. Setelah kutanyakan darinya barang apa yang hilang sebenarnya membuatnya ketakutan. Aku sudah berjerih payah namun tetap tidak menghasilkan untuk Lola..
"Aku sudah berusaha, tapi waktu, menunjukkan kita harus berhenti mencarinya."

Belum lama kemudian, aku menangis. Bukan karena Beni tidak membantuku. Beni sudah berjuang keras untukku disini, namun aku merasa lemah. Aku yang seharian kemarin seperti seolah terus dan selalu menyusahkan, sampai hari ini juga terjadi, perasaan takut yang berganti tangis. Aku merasa sama sekali apa yang pernah dialami sebelumnya padaku, belum ada terlihat sama sekali perubahan besar yang berarti buatku, malah telah mengecewakan orang-orang yang pernah menaruh kepercayaan bagiku. "Apa aku sangat lemah, sampai membuat orang sekitarku akhirnya pergi?" 

"Eh, jangan salah paham, Lola." Kataku seolah terasa tersindir olehnya. "Aku bukan bicara kamu, kok." Kataku menangis seolah merasa lemah. "Kalau begitu, jangan menangis, Lola." Kataku berusaha menghibur seorang gadis. "Aku merasa seolah sangat lemah." Kataku tangis semakin menjerit keras. "Kamu kuat kok, membangkitkan kesadaranku." Kataku setiba serius mungkin menanggapinya. "Apa benar, apa itu, Beni." Kataku diam dalam tangis bersedih. "Iya, soal salah pada sebelumnya." Kataku tersenyum mencoba sekali untuknya. "Baru pertama kali, kamu tersenyum." Kataku berganti tersenyum juga untuknya. "Karena kamu, aku ada disini." Kataku melihat diri dari dirinya. "Apa ini karena satu sama." Kataku bercanda seketika mengetahui tersebut..

Aku dan dia pun melupakan barang tersebut yang seharusnya dicari. Barang tersebut pun sebenarnya tidak hilang karena ada pada diri. Antara aku dan dia yang berdiri, memiliki ungkapan sebuah rasa. Namun aku dan dia sulit untuk mengungkapkan lewat sebuah kenyataan. Aku dan dia mempunyai sebab dari alasan jelas karena sesuatu, sebuah hubungan yang belum memahami takkan pernah terpisah walaupun jauh. Seiring waktu yang berjalan aku dan dia mencoba menyamakan langkah. Aku dan dia mencoba memecahkan perbedaan dengan kekurangan yang termiliki. Aku dan dia takkan pernah merasa sepi bila ketika bersama. Menghadapi segala kenyataan yang terjadi dengan bersama saling mencoba melengkapi. Bersama mengikuti waktu dan musim berganti menghabiskan banyak hal terjadi, aku dan dia terasa semakin dekat dalam menjalankan sebuah hubungan. Aku dan dia lulus bersama-sama semasa Sekolah tersebut menempuh hidup baru dengan jalan yang berbeda. Mengingat sejak sebelum hingga setelah. Aku dan dia tidak pernah berubah dalam mengungkapkan sebuah perasaan. Takkan pernah terpisah walaupun jauh, bila sebelumnya karena belum memahami. Takkan pernah terpisah walaupun jauh, dengan setelah karena jalan berbeda. Perubahan besar ternyata begitu banyak terjadi tanpa kita sadari seketika. Aku dan dia saling percaya bahwa kita bisa menjelajah dunia suatu ketika bersama dalam sebuah janjiku dengan janjinya, "Takkan Pernah Terpisah Walaupun Jauh" Kataku dan Katanya saling tersenyum memegang janji..


Takkan Pernah Terpisah Walaupun Jauh


photo credit: Water Lily via photopin (license)

Postingan terkait:

2 Tanggapan untuk "Takkan Pernah Terpisah Walaupun Jauh"

  1. kadang sebuah janji meluluhkan hati jauh dekat itu takdir yg menanti
    keren gan ceritanya :)

    BalasHapus
  2. kisah ini mengingatkan saya dengan sahabat saya yang sedang mencari nafkah di luar kota, meski jauh tapi kami masih sering menanyakan keadaan dan kapan pulang untuk saling bertemu.. :)

    BalasHapus

Budayakan Membaca Sebelum Berkomentar