Ulang Tahun


Ulang Tahun, sebagian ada yang merayakan, sebagian juga tidak merayakan, semua itu bisa disebabkan karena dari sebagian tersebut saling mengucapkan, mengingat, melupakan, atau biasa saja pada hari tersebut, semua itu tergantung pada diri kita berpedoman dengan alasan tertentu, dimana usia kita bertambah seiring berjalannya waktu yang disebut ulang tahun, dapat memberikan suatu momen yang terlewatkan bagi tertentu yang merasakannya..

“Hai, Kiki!” Sapa Lita.

Aku melihat Lita yang tersenyum memandangiku..

“Apa kabar nih, Kiki?” Tanya Lita.

“Baik saja. Seperti biasa.” Jawab Kiki.

“Oh, begitu. Oh ya, Kiki kamu teringat sesuatu?” Tanya Lita.

“Teringat apa?” Tanya Kiki.

“Teringat suatu hari dimana kita pernah menghabiskan waktu bersama-sama seperti hari ini, Kiki.” Jawab Lita.

“Bukankah, itu biasa saja?” Tanya Kiki.

“Iya, ya, biasa saja.” Jawab Lita.

Lita tersenyum malu untuk berkata tersebut, aku merasa ada sesuatu pada Lita..

“Lita, ada apa kah?” Tanya Kiki.

“Tidak ada apa-apa.” Jawab Lita.

Aku berusaha meyakinkan lagi pada Lita..

“Serius tidak apa-apa?” Tanya Kiki.

“Iya, tidak apa, Kiki.” Jawab Lita.

Aku memandanginya seakan yakin dalam menjawab tersebut secara langsung dan dengan baik, namun aku masih meragukannya, walau sudah sebagian dari diriku merasa yakin, sebagian juga ada sesuatu terasa..

“Eh, Kiki?” Tanya Lita.

“Iya, Lita?” Tanya Kiki.

“Kita pergi kesana, yuk.” Jawab Lita.

“Oh, baiklah.” Kata Kiki.

Aku berjalan bersama Lita menyusuri langkah kaki menuju Taman yang indah dengan ketenangan dan kedamaian sekitarnya..

“Rasanya ingin membuatku tertidur.” Kata Kiki.

“Iya, Kiki.” Kata Lita.

Lita tersenyum tanpa menyadarinya dari diriku..

“Yah, Kiki, benaran tertidur.” Keluh Lita.

Aku hanya terbaring saja dan tersenyum dalam hati, sementara memandangi Lita yang keluh kesal dengan secara diam-diam..

“Tapi, Kiki. Hari ini hari bahagiamu. Aku tidak ingin merusaknya.” Kata Lita.

Aku berpikir karena ulang tahun dariku bertepatan pada hari ini, yang membuat seakan spesial bagi Lita, namun dari sebagian orang-orang merasakan, hal tersebut adalah biasa, begitu pun aku menganggapkannya..

“Padahal aku ingin memberikan sesuatu sebagai ungkapan dariku untuknya ini.” Kata Lita.

Aku merasa mungkin itu sebuah hadiah yang sebagian orang pernah merasakannya tersebut sebagai ungkapan ulang tahun..

“Tapi sepertinya sebaiknya lupakan saja, ya.” Kata Lita.

Aku mengamati Lita yang sepertinya bingung, tapi menurutku karena sebagian orang juga melupakannya tentang hari tersebut jadi itu dapat kumengerti..

“Kiki, seandainya kamu mendengar, apa yang harus kulakukan?” Tanya Lita.

Aku memang mendengar perkataan dari Lita, aku tertawa dalam hatiku, melihat Lita, penuh gelisah dalam kebingungan..

“Tapi jikalau kamu mendengar, mungkin tidak apa-apa.” Kata Lita.

Lita mulai membuka dari kotak kecil yang dipegangnya itu tersebut, mungkin Lita ingin memberikan ucapan dan mengingatkanku hari dimana ulang tahunku ini, seperti halnya sebagian orang yang merasakannya. Kiki melihat selembar kertas tersebut yang dikeluarkan Lita. Namun terjatuh terbawa angin tepat berada di mataku tiba-tiba yang sedang terbaring saat itu juga..

“Maaf, hutang belum terbayar.” Kata Kiki.

“Eh, Kiki.” Kata Lita.

Aku terdiam dalam angin tersebut yang seakan sudah berhenti mendadak..

“Eh, jadi hutang, ya?” Tanya Kiki.

Aku terkejut dan bertanya padanya yang tersenyum dalam malu-malu..

“Iya, maaf nih, Kiki.” Jawab Lita.

Aku jadi merasa bersalah bertepatan pada hari ini, ulang tahunku, bukan suatu kebahagiaan atau lainnya yang aku pikirkan tadi sebelumnya, melainkan malah memberikan kekonyolan pada diriku yang telah memikirkan segalanya dengan terasa percaya diri..

“Aku yang seharusnya minta maaf, Lita. Bukannya kamu.” Kata Kiki.

“Tidak begitu kok, Kiki.” Kata Lita.

Namun sekiranya, Lita membuatku penuh kejutan pada hari ini ketika selalu bersamanya, memang jika terpikirkan kembali, hari-hari yang lalu, sepertinya aku juga melakukan hal yang sama kepadanya, aku meminjam sesuatu darinya, untuk kepentingan keperluan kehidupanku. Namun hingga saat ini aku belum sempat membayarnya, bukanlah aku orang yang tidak bertanggung jawab dengan segala hutang..

“Jadi apa Kiki, bolehkah melunaskan hutang?” Tanya Lita.

“Iya, iya, tentu saja.” Jawab Kiki.

Aku memberikan uang kepadanya..

“Eh, bukan ini, Kiki.” Kata Lita.

Aku bingung..

“Lalu apa itu, Lita?” Tanya Kiki.

“Itu loh.” Jawab Lita.

“Tunggu sebentar.” Kata Kiki.

“Sesuatu, Kiki.” Kata Lita.

“Tenang dulu, Lita. Biar aku memikirkannya.” Kata Kiki.

Aku terus menyela jawaban dan perkataan dari Lita agar tidak mengecewakan baginya..

“Aku tidak dapat memikirkannya, aku menyerah.” Kata Kiki.

Aku sudah mengingat hari dimana aku menghabiskan hari bertepatan ini, tapi aku tidak pernah memberikan hutang yang lainnya lagi selain berupa uang dari Lita..

“Aku ingin ceritamu, Kiki.” Kata Lita.

“Eh, cerita ya, Lita.” Kata Kiki.

Aku menyadarinya, dan mengejutkan sedikit bagiku melupakan hari dimana selalu aku menghabiskan waktu bersama dengan Lita adalah cerita, berbagi cerita selalu kepadanya pada hari ini juga, kadang aku pernah terhabis bahan cerita tersebut pada hari itu, Lita sedikit kecewa padaku, aku membelikan buku cerita sebagai gantinya, soal uang itu juga, uang yang pernah kupinjam darinya sebelumnya, aku belikan buku cerita tersebut kepadanya, karena aku tidak ada uang saat itu,  dan aku berpesan pada hari itu, selalu bahagia walaupun aku tidak bercerita, aku melihat Lita sangat bahagia dan Lita pun mengangguknya..

“Kiki, maaf!” Teriak Lita.

“Tidak apa.” Kata Kiki.

Aku merasa yakin bahwa Lita berubah sekarang untukku, Lita menganggapku sebagai teman yang berharga bagi dirinya, terlewatkan hari-hari itu, Lita tidak pernah meminta lagi soal cerita dariku, tapi suatu hari yang terjadi ini..

“Kiki, bukan kamu yang berhutang padaku, tapi aku berhutang padamu.” Kata Lita.

“Eh, kamu, hutang, Lita?” Tanya Kiki.

Aku mengingat hari-hari dimana bersama dengan Lita, tapi Lita tidak pernah berhutang padaku selain diriku yang berhutang soal uang dan cerita sudah terbayar..

“Aku yang bercerita padamu hari ini.” Kata Lita.

Lita tersenyum dengan dirinya saat ini..

“Aku melihat seorang, Kiki.” Kata Lita.

Tersenyum yang terindah darinya..

“Kiki berjalan bersama denganku.” Kata Lita.

Matanya yang lentik memandang..

“Di bawah terik Matahari.” Kata Lita.

Bersinar dari dalam dan luar dirinya..

“Bercerita yang tiada habisnya.” Kata Lita.

Bercerita dengan rasa tulus dan bahagia..

“Kiki, bagaimana?” Tanya Lita.

“Bagaimana ya?” Tanya Kiki.

“Kurang baik ya, Kiki?” Tanya Lita.

“Tidak, Lita, baik, kok.” Jawab Kiki.

“Baik ya? Padahal begitu singkat saja.” Kata Lita.

“Iya, begitu saja cukup.” Kata Kiki.

“Aku tidak pandai bercerita loh, Kiki.” Kata Lita.

“Menurutku itu, luar biasa.” Kata Kiki.

Lita yang selalu tersenyum dalam diam memandangi diriku ketika bercerita bersama dengannya..

“Hari ini, aku berikan spesial untukmu. Karena kamu berulang tahun.” Kata Lita.

“Terima kasih ya, Lita.” Kata Kiki.

“Iya, maaf, itu sebagai hutang dariku juga yang selalu membebankanmu ketika hari berulang tahun.” Kata Lita.

“Begitu ya..” Ucap Kiki.

“Iya, karena aku sangat senang mendengar cerita-cerita tapi tanpa tersadarkan aku malah merusak hari kebahagiaanmu.” Kata Lita.

“Tidak begitu juga, Lita..” Ucap Kiki.

“Begitu, tidak begitu, Kiki?” Tanya Lita.

“Hari ini aku bahagia bukan juga karena aku berulang tahun, tapi aku bahagia selalu kamu disini.” Jawab Kiki.

“Begitu ya, apa tidak apa-apa?” Tanya Lita.

“Kamu tidak yakin ya?” Tanya Kiki.

“Aku bukan tidak yakin kok. Kiki.” Jawab Lita.

Aku melihat Lita yang terlihat serius memikirkan sesuatu..

“Lalu apa nih, Lita?” Tanya Kiki.

“Mau diceritakan?” Tanya Lita.

“Apa itu panjang ya?” Tanya Kiki.

“Kamu takut ya, Kiki.” Jawab Lita.

“Tidak takut, kok, hanya sedikit, Lita.” Kata Kiki.

“Iya, itu kan sama saja, ah.” Kata Lita.

“Tidak sama.” Kata Kiki.

Lita dan aku tertawa bahagia bersama..

“Bagiku, aku sudah sangat yakin kok, jadi tidak perlu diceritakan, cukup saja alasan itu karena Kiki adalah teman berharga bagiku.” Kata Lita.

“Terima kasih banyak, Lita. Atas semua hal spesial bagi hari yang kamu berikan ini. Bagiku juga hari ini jadi berharga di hari ulang tahunku, walaupun aku selalu beranggapan juga hari ultah itu, biasa saja seperti sebagian yang lainnya.” Kata Kiki.

Aku dan Lita saling tersenyum berpandangan, seiring waktu berjalan dan usia bertambah ikut menua, asalkan hari biasa tersebut terisikan kebahagiaan dapat terasakan dengan bersama, kebahagiaan itu sangat terasa dan termaknai daripada kebahagiaan terasakan sendiri, kebahagiaan itu yang membuat hari ultah yang terasakan juga jadi termakna dengan terwarna-warni..


 Ulang Tahun


photo credit: Birthday cake via photopin (license)

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Ulang Tahun"

Posting Komentar

Budayakan Membaca Sebelum Berkomentar