Roda Waktu




Waktu terus berputar bagaikan sebuah roda, dimana terus berjalan maju dan tidak pernah mundur, semua dapat berubah seiring berjalannya waktu namun juga ada yang tidak berubah, karena berubah atau tidak, merupakan bagian yang direncanakan dari kehidupan..

“Halo Andi.” Sapa Dina.

“Halo Dina.” Sapa Andi.

“Apa yang kamu lakukan?” Tanya Dina.

“Oh, aku lagi mencari buku ku.” Jawab Andi.

“Buku apa?” Tanya Dina.

“Ada lah. Mau tahu saja, Dina.” Jawab Andi.

“Hmm, jadi tidak boleh tahu, nih.” Kata Dina.

“Jelas, itu sudah pasti.” Kata Andi.

“Kalau begitu, aku tidak mau berteman denganmu lagi.” Kata Dina.

“Jangan begitu dong, Dina.” Kata Andi.

Seperti biasanya, Andi dan Dina merupakan teman yang akrab, bersama lajunya waktu berputar bagaikan roda, mereka tidak ingin membuang waktu tersebut dengan sesuatu hal yang sia-sia, Andi mengejar Dina yang sudah berjalan jauh membelakangi dari Andi..

“Aduh!” Jatuh Andi.

“Itu kan, kamu tidak apa-apa?” Tanya Dina.

“Iya, tidak apa-apa.” Jawab Andi.

“Seperti biasa ya, kamu Andi, kamu ini orang yang selalu begitu.” Kata Dina.

“Begitu, bagaimana?” Tanya Andi.

“Iya, begitu.” Jawab Dina.

“Jelaskan, dong.” Kata Andi.

“Kamu orang yang selalu mengkhawatirkan yang seakan merasa polos sekali.” Kata Dina.

“Begitu ya.” Kata Andi.

“Iya, tapi dibalik semua itu, aku rasa ada sesuatu tersembunyi.” Kata Dina.

“Apa yang aku sembunyikan?” Tanya Andi.

“Aku tidak tahu pasti, karena sudah lama aku berteman denganmu, aku dapat merasakan seiring berputarnya dari roda waktu.” Jawab Dina.

“Roda waktu ya, Dina?” Tanya Andi.

“Iya, benar sekali, Andi.” Jawab Dina.

“Apa kita dapat menghentikan laju waktunya dari sebuah roda waktu?” Tanya Andi.

“Pertanyaan macam apa itu?” Tanya Dina.

“Kamu ini, tidak bisa bersikap dramatis.” Jawab Andi.

“Bercanda, Andi.” Kata Dina.

“Bercandanya membosankan.” Kata Andi.

“Begitu ya, tapi dengan begini, mungkin dapat membuat roda waktu terhenti sejenak.” Kata Dina.

“Terhenti sejenak?” Tanya Andi.

“Iya, walaupun memang pada nyatanya, kita sudah ketahui, roda waktu tidak dapat kita hentikan, namun roda waktu mungkin bisa terhenti sejenak, karena sesuatu hal yang berarti.” Jawab Dina.

“Berarti, seperti apa ya?” Tanya Andi.

“Seperti ya tadi, bercanda. Walau pun merasa membosankan, namun suatu ketika, kita selalu mengingatnya, di saat itu roda waktu terasa terhenti sejenak.” Jawab Dina.

“Begitu ya.” Kata Andi.

“Iya, Andi.” Kata Dina.

“Ternyata kamu pintar ya.” Kata Andi.

“Begini saja, belum dapat dikatakan pintar.” Kata Dina.

“Mungkin kamu ada benarnya. Atau mungkin juga salah.” Kata Andi.

“Iya, Andi, Mungkin iya atau juga bisa tidak.” Kata Dina.

Seiring berjalannya roda waktu yang berputar, selain dari Dina dan Andi adalah teman yang akrab, namun dibalik semua hal tersebut tetap tidak dapat menghentikan laju waktu yang terus berputar dengan cepat, walaupun mereka berdua saling mengenal antara satu sama yang lain, tetap juga sukar bagi mereka berdua untuk saling terbuka sepenuhnya, maksudnya sesuatu hal yang tidak kita ketahui dan tidak terduga. Setiap kali berteman selalu ada perasaan seperti begitu walaupun sudah lama mengenal, tapi tetap ada beberapa hal yang tidak kita ketahui sebenarnya. Suatu waktu berputar kembali mempertemukan Andi dan Dina..

“Halo Andi. Sapa Dina.

“Halo Dina.” Sapa Andi.

“Apa bukumu yang lalu sudah ditemukan?” Tanya Dina.

“Wah, kamu masih ingat ya, Dina.” Jawab Andi.

“Masih dong, masa mudahnya aku lupa.” Kata Dina.

“Oh ya?” Tanya Andi.

“Iya.” Jawab Dina.

“Oh, ya, serius Dina?” Tanya Andi.

“Iya, serius.” Jawab Dina.

“Kenapa kamu serius, Dina?” Tanya Andi.

“Karena kamu kan temanku.” Jawab Dina.

“Jawabnya begitu, tidak ada yang lain?” Tanya Andi.

“Kamu mau aku menjawab pertanyaan dengan gimana lagi?” Tanya Dina.

“Iya, terserah kamu saja, tapi jangan yang pernah aku dengar.” Jawab Andi.

“Oh, begitu. Kalau begitu, karena kamu adalah orang yang berarti bagi hidupku.” Kata Dina.

“Orang yang berarti, Dina?” Tanya Andi.

“Iya, Andi.” Jawab Dina.

“Tapi aku sepertinya tidak bisa berbuat banyak yang berarti bagimu. Aku orang yang menyusahkan, dan serasa polos seakan tidak tahu apa-apa, aku hanya bisa mengkhawatirkan. Seperti perkataanmu.” Kata Andi.

“Aku tidak berkata begitu, itu sungguh terlalu bagiku. Kamu ini menambahkan kata-kata saja yang tidak aku katakan.” Kata Dina.

“Maaf, Dina. Karena mungkin inilah sosokku yang sebenarnya.” Kata Andi.

“Benarkah, sebenarnya?” Tanya Dina.

“Iya, Dina.” Jawab Andi.

“Kamu bohong, perkataan ini membuktikan bahwa kamu itu berbohong bagiku.” Kata Dina.

Andi terbelenggu dalam diam..

“Kenapa kamu berbohong, Andi? Padahal aku tahu dan mengenalmu lama. Tapi ini bukan yang aku ketahui dari sosokmu yang sebenarnya.” Tangis Dina.

Seiring roda waktu terasa terhenti sejenak..

“Padahal harusnya kamu tahu, tentang perasaanku.” Tangis Dina.

Andi terdiam dalam tangis..

“Kamu juga seharusnya tahu, tentang perasaanku.” Tangis Andi.

Keduanya hanya terus menangis serasa roda waktu itu terhenti sejenak dan tidak berputar pada hari itu, mereka berdua terlarut dalam sedih menyesalkan karena mereka berdua tidak bisa mengungkapkan perasaan yang sebenarnya antara satu sama yang lain, dimana waktu tersebut menjadi perpisahaan bagi mereka berdua, Andi sangat bersedih tidak bisa mengungkapkan perasaan yang sebenarnya langsung..

Hal tersebut menjadi tulisan yang berharga dalam sebuah bukunya tersebut yang tak dapat diberikan oleh Andi untuk Dina bersama termakan roda waktu yang berputar agar tidak dapat memberikan penderitaan yang semakin mendalam bagi mereka berdua, dari perasaan mereka berdua yang sebenarnya, yang ingin menghabiskan waktu berdua bersama sampai selamanya. Tapi suatu keajaiban yang tiba-tiba terjadi sesaat..

“Aku mengkhawatirkanmu dari balik bayangan, aku mengikutimu kemanapun kamu melangkah, karena itu, kamu tidak pernah sendiri, karena aku selalu bersamamu hingga selamanya walaupun roda waktu terus berputar dan memisahkan, mengingat ada suka maupun duka yang kamu berikan, dan segala hal lainnya yang pernah kita habiskan bersama seiring berputarnya roda waktu, cukup memberikan makna bagi hidupku.” Kata Dina.

Andi  terdiam dalam kejut. Buku yang tersembunyikan selama ini bagi Dina merasakannya, akhirnya dapat diketahui oleh Dina sebenarnya. Dan perasaan tersebut bukan berbalik memberikan penderitaan kepada Andi dan Dina, melainkan..

“Terima kasih banyak, Andi, kamu sudah memberitahukan perasaan yang sebenarnya. Perasaan tersebut akan aku ingat, perasaan tersebut juga menyadarkan perasaanku..” Ucap Dina.

“Iya, Dina, tidak ada perlu adanya lagi penyesalan, maafkan juga bagiku karena telah menyembunyikan sesuatu darimu mengenai perasaanku.” Kata Andi.

“Aku juga yang sebenarnya menyembunyikan perasaanku.” Kata Dina.

“Begitu ya. Aku tidak tahu, Dina.” Gurau Andi.

“Eh, padahal kamu tahu, kan, Andi.” Kesal Dina.

“Masa sih?” Tanya Andi.

“Iya, kalau begitu aku tidak mau berteman denganmu lagi, Andi.” Jawab Dina.

“Ah, begitu ya, Dina.” Santai Andi.

“Iya, begitu.” Cemberut Dina.

Kemudian mereka berdua tertawa bersama menghabiskan waktu bersama terakhir kali dengan mengisi waktu dari roda waktu yang terhenti dalam sejenak, tanpa adanya penyesalan, tanpa adanya kesedihan, Andi dan Dina berpisah dengan merelakan dan bahagia. Karena waktu terus berputar, pertemuan dan perpisahaan itu harus dimengerti yang meninggalkan hal yang lama dan mencapai hal yang baru, itulah perubahan, ada pun hal yang tidak berubah akan membekas dalam hati selamanya..



Roda Waktu


photo credit: Invicta via photopin (license)

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Roda Waktu"

Posting Komentar

Budayakan Membaca Sebelum Berkomentar