Petak Umpet



Petak umpet, permainan dimana kita harus bersembunyi dan salah satu dari kita mencari. Petak umpet merupakan permainan favorit atau kesukaan pada anak-anak, bagaimana tidak, permainan ini memicu semangat dan memikat daya tarik terutama juga dapat mengajarkan bila ingin memperoleh hasil, usaha harus dikerahkan bersama dengan niat..

“Dimana, Tamara?” Tanya Nathan.

“Kalau begini, mendingan bersantai..” Ucap Nathan.

Karena Nathan sudah mencari Tamara, teman sepermainan dari Nathan dari tadi, Nathan pun menyerah dan berbaring sambil merenggakan tubuhnya dengan rileks dan santai..

“Dasar, Nathan.” Keluh Tamara.

Tamara datang melihat Nathan yang sedang bermalas-malasan hingga tertidur..

“Nathan!” Teriak Tamara.

“Iya!” Kejut Nathan.

“Malah tiduran.” Kata Tamara.

“Habisnya sih.” Kata Nathan.

“Baru main berdua saja, sudah kewalahan.” Kata Tamara.

“Soalnya cuma berdua sih.” Kata Nathan.

“Jadi, tidak seru ya?” Tanya Tamara.

“Iya, Tamara.” Jawab Nathan.

“Dasar, alasan.” Kata Tamara.

“Benaran, Tamara.” Kata Nathan.

“Tidak percaya.” Kata Tamara.

“Bagaimana buat Tamara percaya?” Tanya Nathan.

“Harus diusahakan.” Jawab Tamara.

“Begitu, ya.” Kata Nathan.

“Iya, Nathan.” Kata Tamara.

Tamara dan Nathan saling tertawa bersama..

“Lucu ya.” Kata Tamara.

“Iya, Nathan memang lucu ya, kan?” Tanya Nathan.

“Dasar, Nathan.” Jawab Tamara.

“Bukan bicara tentang, Nathan?” Tanya Nathan.

“Tidak ada.” Jawab Tamara.

“Kalau begitu, seharusnya Nathan tidak tertawa.” Kata Nathan.

“Benar itu.” Kata Tamara.

“Dasar, Tamara.” Kata Nathan.

Tamara dan Nathan tertawa bersama lagi..

“Sudah, Nathan.” Kata Tamara.

“Iya, Tamara.” Kata Nathan.

“Kita main lagi saja.” Kata Tamara.

“Boleh saja.” Kata Nathan.

“Kali ini serius ya.” Kata Tamara.

“Baik, Kapten.” Kata Nathan.

Nathan dan Tamara bermain petak umpet dengan serius, kali ini Nathan akan mencari Tamara dengan serius, namun sayangkali Nathan sangat sulit mencari dan menemukan Tamara lagi..

“Apa aku tidur lagi saja ya?” Tanya Nathan.

Bersama seiring berjalannya waktu, Nathan terdiam dengan cuaca bersinar cerah hari itu..

“Aku tidak boleh menyerah.” Kata Nathan.

Nathan pun mencarinya dengan usaha yang dimiliki Nathan, Nathan mencari sekeliling arah dengan teliti, berjalan dan terus berjalan..

“Tamara!” Teriak Nathan.

Tamara terkejut dengan Nathan yang menemukannya, dengan segera Tamara kembali ke tempat semula Nathan dimana berada..

“Wah, akhirnya ya, Nathan.” Kata Tamara.

“Iya, padahal ini hanya petak umpet, tapi seperti yang kamu katakan, Tamara.” Kata Nathan.

“Iya, kalau kamu berusaha sungguh-sungguh, maka hasil pun dapat kamu peroleh.” Kata Tamara.

“Iya, benar.” Kata Nathan.

“Walaupun sebatas teman sepermainan petak umpet.” Kata Tamara.

“Tapi menurutku, kamu ini memang hebat.” Kata Nathan.

“Hebat, bagaimana?” Tanya Tamara.

“Iya, hebat, karena kamu adalah jagoan.” Jawab Nathan.

“Jagoan, Nathan?” Tanya Tamara.

“Iya, jagoan petak umpet.” Jawab Nathan.

“Begitu ya.” Kata Tamara.

“Iya, susah sekali, kalau mencari Tamara.” Kata Nathan.

“Tidak juga begitu, kok.” Kata Tamara.

“Iya, mungkin tidak juga.” Kata Nathan.

“Karena petak umpet juga mengandalkan otak.” Kata Tamara.

“Bagaimana kita berpikir untuk mengendalikan petak umpet tersebut.” Kata Nathan.

“Iya, baik itu pencari atau dicari.” Kata Tamara.

“Iya, giliran kamu lagi yang jaga.” Kata Nathan.

“Baik-baiklah.” Kata Tamara.

Giliran untuk Tamara berjaga, dan Nathan sekarang bersembunyi, sementara Tamara sedang berjaga dan menghitung, Nathan menemukan sesuatu hal..

“Nathan kemana ya, dia?” Tanya Tamara.

Tamara mencari dengan usaha dan percaya yang dimilikinya menemukan Nathan, Tamara mencari dari berbagai arah sekelilingnya, Tamara sama sekali tidak menemukan Nathan dimana berada, Tamara berusaha terus hingga memakan waktu yang lama, namun Nathan tidak menampakkan dirinya juga..

“Apa dia sudah pulang?” Tanya Tamara.

Tamara pun pulang karena hari sudah mulai gelap, sambil berjalan menyusuri langkah kakinya untuk menyempatkan diri bersinggah dulu, Rumah Nathan. Namun Tamara tidak menemukan Nathan yang berada ada di Rumahnya, kelihatan juga Tamara harus berusaha menemukannya, Tamara menjadi risau dan penuh kegelisahan..

“Nathan.” Kata Tamara.

“Maaf.” Kata Nathan.

“Syukurlah, Nathan.” Kata Tamara.

“Kamu tidak apa-apa kan, Tamara?” Tanya Nathan.

“Tidak, Nathan, aku malah merasa risau.” Jawab Tamara.

“Maaf, Tamara.” Tangis Nathan.

“Tidak apa. Yang penting kamu tidak lah menghilang.” Kata Tamara.

“Maaf sekali.” Tangis Nathan.

“Jangan menangis, karena kamu teman sepermainanku, satu-satunya.” Kata Tamara.

“Tamara, apa kamu begitu jauh mengganggapku teman sepermainan.” Tangis Nathan.

“Iya, sudah selayaknya juga dikatakan sahabat.” Kata Tamara.

“Terima kasih, Tamara, kamu teman sepermainanku dan sahabatku.” Tangis Nathan.

Nathan hanya berdiam diri sambil menangis sampai sepuasnya..

“Sudah, Nathan?” Tanya Tamara.

“Iya, Tamara.” Jawab Nathan.

“Kamu ini cengeng ya.” Kata Tamara.

“Tidak, Tamara.” Kata Nathan.

“Tidak ya.” Kata Tamara.

“Aku hanya merasa bersalah, untuk itu aku menangis.” Kata Nathan.

“Iya, tahu kok, Nathan.” Kata Tamara.

“Apa kamu tidak ingin tahu penjelasannya?” Tanya Nathan.

“Tidak perlu juga, aku mungkin tahu.” Jawab Tamara.

“Mungkin tahu?” Tanya Nathan.

“Iya, kamu tidak sengaja ketika bermain petak umpet, menuju tempatku berada, kan?” Tanya Tamara.

“Iya, Tamara, aku menemukan sesuatu hal.” Jawab Nathan.

“Tersembunyi permainan petak umpet jangan sampai menyembunyikan siapa diri sesungguhnya.” Kata Tamara.

“Selain banyak hal yang dapat dipelajari dari petak umpet ini, menyadarkan diriku juga disini yang sesungguhnya, dengan kesalahan yang diperbuat. Aku menangis sambil mengingat kesalahan yang aku perbuat pada sebelumnya, kemudian aku berusaha mencarimu ketika sudah selesai membaca pesan tersebut, agar tidak kehilangan siapa diri sesungguhnya.” Kata Nathan.

“Iya, tidak apa-apa, karena itu aku mengerti.” Kata Tamara.

“Kamu ini memang jagoan ya, Tamara?” Tanya Nathan.

“Begitu ya.” Jawab Tamara.

“Iya, bukan hanya petak umpet, tapi jagoan dari segala-galanya.” Kata Nathan.

“Terima kasih banyak, Nathan. Aku bisa begitu, juga karena kamu.” Kata Tamara.

Nathan dan Tamara tertawa bersama untuk terakhir kalinya bersama-sama, dimana teman sepermainan yang juga sahabat itu kemudian berpisah untuk pulang ke Rumahnya sendiri, karena petak umpet sudah berakhir bahagia, petak umpet adalah permainan yang seru dan mengasyikkan, petak umpet pun dapat mengajarkan nilai dari kehidupan, Tamara kuat karena Nathan, Nathan juga baru menyadarinya, Nathan kuat karena Tamara, hal itu yang mereka belajar bersama dari pesan kehidupan dibalik petak umpet..


Petak Umpet


photo credit: Botanic Gardens, Utrecht, Netherlands - 4283 via photopin (license)

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Petak Umpet"

Posting Komentar

Budayakan Membaca Sebelum Berkomentar