“Selamat Datang!” Teriak Ayah dan
Ibu.
“Aku pulang.” Kata Maya.
“Hari ini, kamu ingin hadiah apa?”
Tanya Ayah.
“Tidak perlu. Tidak ada hari
besar.” Jawab Maya.
“Kalau hari ini kita jalan-jalan,
mau?” Tanya Ibu.
“Tidak perlu. Sama juga.” Jawab
Maya.
“Lalu, apa yang kamu perlukan,
Maya?” Tanya Ayah dan Ibu.
“Yang Maya perlukan, hanya ingin
istirahat.” Jawab Maya.
Begitu lah, menurut Maya, Ayah
dan Ibu Maya terlalu memanjakannya, karena Maya sekarang sudah tumbuh besar,
Maya hanya membutuhkan sesuatu dari keluarganya..
“Maya, ayo makan sama-sama, yuk!”
Teriak Ibu.
“Iya, Bu!” Teriak Maya.
Sesuatu yang tidak dimiliki dan
dimengeri oleh orang tua dari keluarga Maya. Dimana Maya sangat
membutuhkannya..
“Enak ya.” Kata Ibu.
“Iya, Bu.” Kata Maya.
“Gimana harimu hari ini?” Tanya
Ayah.
“Biasa saja.” Jawab Maya.
“Begitu ya, apa kamu sudah
merencanakan masa depan?” Tanya Ayah.
“Masa Depan?” Tanya Maya.
“Jangan tanya begitu, Yah.” Kata
Ibu.
“Oh, iya, maaf, Bu.” Kata Ayah.
Maya terdiam, sesuatu yang
sedikit mulai mendekati kebutuhan sebenarnya Maya hampir saja itu terucapkan..
“Maya masuk kamar dulu, Yah, Bu.”
Kata Maya.
“Iya, Maya. Jangan lupa untuk
belajar.” Kata Ayah.
“Semoga sukses.” Kata Ibu.
“Iya, iya.” Kata Maya.
Maya kemudian terdiam seraya
tanpa berkata mengikuti saja apa yang diminta dari Ayah dan Ibu Maya, namun
tidak tahu sebenarnya tujuan hidupnya, masa depannya..
“Masa Depan?” Tanya Maya.
“Apa aku memiliki masa depan, ya?”
Tanya Maya.
Suatu hari, bersama dengan orang
tuanya, Maya melakukan permainan kata dengan Ayah dan Ibu, hal itu bukan
keinginan Maya sebenarnya, Maya berawal untuk mengabaikannya, namun karena
acara keluarga yang sudah disusun oleh Ayah dan Ibu Maya, akhirnya Maya mau melakukannya,
karena Maya masih memiliki perasaan sebenarnya..
“Maya, dia adalah kecil, dia
merupakan anak tunggal.” Kata Ayah.
“Aku tahu.” Kata Maya.
“Tunggu belum juga selesai, Ibu
lanjutkan.” Kata Ayah.
“Dia selalu menangis ketika
sesuatu terjadi.” Kata Ibu.
“Aku tahu.” Kata Maya.
“Perasaan lemah lembut, namun
berusaha kuat.” Kata Ayah.
“Itu sudah selalu didengar, Yah,
Bu.” Kata Maya.
“Mencoba bermaksud namun maksud tak
tersampaikan.” Kata Ibu.
“Ibu.” Kata Maya.
“Maksud ingin dirasakan Ayah dan
Ibunya.” Kata Ayah.
“Ayah.” Kata Maya.
“Kamu mempunyai masalah kan, anak
Ayah?” Tanya Ayah.
Maya berpikir selama yang
dirasakan dirinya itu tak pernah tersampaikan dan hanya dalam sebuah angan-angan
kecil, Maya ingin mencoba memberitahukannya namun sesuatu yang mendesak bagi
hatinya..
“Maya tidak bisa mengatakannya.”
Kata Maya.
“Kenapa, Maya?” Tanya Ayah.
“Iya, coba jelaskan, Maya.” Tanya
Ibu.
Ayah dan Ibu Maya yang senantiasa
selalu dekat dan berusaha untuk mengerti perasaan Maya, hal tersebut yang
membuat Maya tidak bisa mengucapkan dari maksud yang tak tersampaikan tentang
sesungguhnya yang hanya dibutuhkan oleh Maya seorang diri..
“Maya, tidak bisa sekali.” Sedih
Maya.
Maya meneteskan air matanya
secara perlahan..
“Maya.” Kata Ayah.
Hari itu terasa berlalu dengan
cepat, Maya tetap menyimpan sesuatu hal sesungguhnya dari dirinya tersebut
dengan sedalam-dalamnya, sesuatu yang dibutuhkan darinya sepertinya sulit bagi
dirinya dengan mudah untuk mengucapkannya, karena sesuatu yang dibutuhkan yang
sesungguhnya-sesungguhnya sudah diwujudkan dari kedua orang tuanya tercinta..
“Maya, hati-hati melangkah.” Kata
Ayah.
“Iya, Yah.” Kata Maya.
“Kalau ada apa-apa yang dibutuhkan,
katakan saja.” Kata Ibu.
“Iya, Bu.” Kata Maya.
“Apa kamu sudah bebas dan siap?”
Tanya Ayah.
“Sudah bebas dan siap.” Jawab
Maya.
Maya menjawabnya dengan spontan
tanpa berpikir ragu-ragu lagi menjawabnya..
“Terima kasih buat Ayah dan Ibu,
Maya sudah merasa bebas dan siap untuk menjadi anak Ayah dan Ibu dengan
melakukan hal seharusnya yang hanya dilakukan Maya.” Kata Maya.
“Bagus sekali, itu baru anak
Ayah.” Kata Ayah.
“Anak Ibu juga, dong.” Kata Ibu.
“Iya, Ibu. Anak Ayah dan Ibu,
begitu kan?” Tanya Ayah.
“Iya, baru benar begitu.” Jawab
Ibu.
Maya tersenyum dan memandang masa
depan yang akan dicapai sewaktu-waktu mungkin, yang Maya lakukan bukan
melangkah untuk menjalankan dari masa depannya, namun melainkan menghabiskan
waktu bersama untuk saat ini dengan acara dari keluarganya. Maya sudah merasa
bebas akan lepas dari beban dari kebutuhannya waktu itu dan siap untuk menjadi
dirinya pada waktu ini..
“Ayah, Ibu.” Kata Maya.
“Iya, Maya?” Tanya Ayah.
“Ada apa?” Tanya Ibu.
“Maya ingin bermain kata untuk
kali ini, boleh?” Tanya Maya.
“Boleh saja.” Jawab Ayah.
“Tentu boleh.” Kata Ibu.
“Mengerti dan melakukan bersama.”
Kata Maya.
“Lalu, Maya?” Tanya Ayah.
“Iya, lanjutkan.” Jawab Ibu.
“Satu kepentingan dalam keluarga.”
Kata Maya.
“Begitu saja?” Tanya Ayah.
“Iya, sudah.” Jawab Maya.
“Sepertinya susah.” Kata Ayah.
“Ayo, coba pikirkan, Yah.” Kata
Maya.
Ibu tersenyum dan mengatakannya..
“Acara Keluarga?” Tanya Ibu.
“Benar, Bu.” Jawab Maya.
“Wah, Ibu sudah menjawabnya.”
Kata Ayah.
“Ayah lambat.” Kata Maya.
“Tapi padahal Ayah baru mau
mengatakannya.” Kata Ayah.
“Padahal Ayah yang buat sendiri,
kan?” Tanya Maya.
“Iya, Ayah, masa lupa. Ibu juga sudah
melakukannya.” Jawab Ibu.
“Maya juga sudah melakukannya.”
Kata Maya.
“Iya, memang Ayah yang buat
sendiri, tapi itu sepertinya hanya dilakukan Ayah dan Ibu, belum bisa disebut
sebagai acara keluarga, itu juga alasan yang sesungguhnya Ayah, mengapa lambat dan
susah untuk mengatakannya. Ayah berpikir tadi sebelumnya.” Pikir Ayah.
“Eh, Ayah.” Kata Maya.
“Ayah, jangan katakan begitu.”
Kata Ibu.
“Eh, maaf, lagi-lagi.” Kata Ayah.
“Berpikir dahulu sebelum
bertindak, Ayah kan Kepala Keluarga, Ibu tidak mau kehilangan Maya lagi.” Tangis
Ibu.
“Ibu, maaf. Ayah, maaf.” Tangis
Maya.
“Maafkan, semuanya.” Tangis Ayah.
Begitu banyak juga acara keluarga
diperankan, namun sesuatu, acara keluarga dari permainan kata terutama yang
dibuat oleh Ayah, adalah spesial dari lainnya, bermaksud sesungguhnya juga untuk
menaruh perasaan yang sebenarnya dengan harapan saling terbuka. Ayah pun
berhasil melakukan dengan baik bersama Maya dan Ibunya dan mewujudkan acara
keluarga secara bersama..
maya sedikit ketus ya diatas, mas. krena terlalu dimanja kedua orgtuanya ya..
BalasHapustampilan halaman ganti mas, sudah lama tidak berkunjung :)
BalasHapus