Melalui Jalan Setapak Tanpa Membekas

Jalan setapak aku lewati demi langkah tanpa meninggalkan sebuah bekas, karena aku melalui dengan sangat berhati-hati, perlahan, penuh ketenangan, supaya jalan setapak yang aku jalan saat ini tidak tersakiti, oleh perasaan yang menghampiri baik itu suka maupun hingga duka. Aku tidak ingin meninggalkan membekas karena itu bertentangan dengan caraku. Yang sebenarnya cara itu adalah bagian dari gaya hidupku sendiri..

Bisa dibilang aku ini orangnya terlihat sombong bagi orang sekitar, bukan karena aku memamerkan atas kelebihan yang sebenarnya tidak kumiliki, dan lain hal sebagainya yang pada umumnya biasa itu terjadi, melainkan karena aku berusaha menutupi kekurangan yang aku punya ini, dengan kelebihan yang sebenarnya hanya sebatas angan-angan tiada tercapai, karena begitu, aku jadi begini, merasa terkucilkan orang-orang sekitarku, ingat kukatakan sekali lagi bukan pamer melainkan diriku apa adanya..

Yang tidak ingin meniru gaya hidup dari orang lain umumnya, mengikuti atas kehendak dari seseorang yang berlawanan dengan kehendak pribadi adalah bukan siapa aku sebenarnya, tetapi siapa aku ini sebenarnya? Pertanyaan itu yang mungkin terlintas bila terjadi begitu saja padaku, seperti itulah nyatanya dari lingkungan hidup yang aku bertempat tinggal, dimana mereka berusaha mendapatkan pengakuan keberadaan hanya berdasarkan cara umumnya, yang merupakan akhirnya menjadi gaya hidup mereka beradaptasi lingkungan tertentu..

Jalan setapak terasa semakin berubah seiring termakan oleh roda waktu, terlihat dari berbagai sekeliling arah yang dimana itu adalah situasi, ketika langit biru yang menampilkan keagungan dari maha pencipta kita, membentang lebar dan luas tiada batas seperti kuasa dari pencipta, kini terganti seolah-olah mulai menampakkan diri dengan warna gelap, tanda adalah aku segera cepat mengakhiri jalan setapak demi tapak..

"Hujan lagi, diluar dugaan, mau tidak mau sepertinya harus berteduh." Kataku sambil menggerakan dengan cepat melangkah untuk mencari tempat teduh, karena hari sudah berganti Malam dengan hari yang tidak bersahabat, dengan mengiringi alunan nada gemuruh yang menandai rendah dan tinggi. Seperti sebuah musik namun terlihat sedikit menakutkan karena mengikuti keadaan..

Kemudian aku mengantuk dan tidak sengaja tertidur lelap hingga besok. Mentari pun menampakkan diri cerah bersama awan-awan yang mengelilingi. Burung-burung berkicauan dimana-mana dan menghasilkan suara yang merdu. Bersama warna-warni pelangi menghias pada langit sehabis hujan turun..

Aku melalui jalan setapak tanpa membekas seperti pada hari biasanya, namun seketika aku berpetualang mengarungi daratan tersebut setapak demi tapak, aku memandang seorang gadis amat cantik mencerminkan penampilan luar-dalam. Dia berjalan bersama dengan teman-teman sesama sepertinya yang segender, namun mereka terlihat seperti apa yang aku lihat dari bertempat tinggal, orang-orang yang pada umumnya, mereka tertawa kecuali gadis itu. Hanya tersenyum manis membuat dirinya begitu jelas terlihat berbeda darinya. Seolah-olah aku memikirkan segala hal semuanya padahal belum mengenalnya..

"Kenapa kamu tersenyum?" Tanyaku kepadanya. "Karena aku bahagia." Jawabnya kepadaku. Tiba-tiba ketika aku dan dia bertemu pada jalan setapak. Pertanyaan dan jawaban yang singkat, tanpa adanya bicara panjang-lebar. Secara tersadari, aku memang sudah tahu akan jawabannya dari pertanyaanku, namun aku ingin menguji dengan pertanyaan mendasar itu secara mendalaminya..

"Begitukah merasakan bahagia?" Tanyaku kepadanya. "Iya, kiranya begitu." Jawabnya kepadaku. Pertanyaan dan jawaban kedua kalinya, seperti pertama kali tersebut terjadi, seiring teman-teman yang bersamanya mulai melindungi gadis untuk mencegah, sesuatu hal yang tidak diinginkan, karena aku adalah orang asing..

Aku dapat mengerti dari jawabannya walaupun itu secara tidak langsung, ketika mengira ada dua hal dimana hal tersebut jelas membedakan, orang itu sungguh merasakan bahagia atau hanya mendapatkan perasaan tersebut. Luar-dalam dirinya memang kukenal, aku dan dia adalah serupa. Memahami cara dari gaya hidup seseorang yang terlihat pada umumnya, gaya hidup yang sejalan tapak, namun masih ada sesuatu hal.. 

"Tidakkah terasa terabaikan?" Tanyaku kepadanya. "Tidak, apa adanya." Jawabnya kepadaku. Aku terdiam sambil membuka mata besar untuk menjangkau dari pandangan yang belum pernah aku lihat sebelumnya dan sangat memberikan penjelasan. Tentang diriku yang apa adanya, dan dirinya yang apa adanya. Namun segala yang apa adanya, aku tidak mengerti ada apanya, dua perbedaan memisahkan aku dan dia walaupun memiliki pemikiran sama..

"Bagaimana mungkin bisa?" Tanyaku kepadanya. "Mencari, Menemukan, Mendapatkan." Jawabnya kepadaku. Aku membuka pandanganku terbuka untuk membuatku memahami pentingnya suatu kebersamaan. Apa yang aku lihat sekarang, adalah dirinya memang apa adanya. Terbukti dari teman-temannya yang melindunginya memperlihatkan tiga kata kunci. Tapi itu tidak membuatku tergerak berubah tentang diriku apa adanya, walaupun aku dan dia serupa, karena ini bukan aku biasanya, aku tidak ingin mengkhianati keputusan dari cara adalah gaya hidupku. Yang sudah aku pegang dan berpedoman sekian lama bersama denganku..

"Apa kamu ingin tetap seperti itu untuk mengejar sebuah kebahagiaan?" Tanyanya balik kini terlontarkan mulai mengusik caraku dari gaya hidupku. Yang amat tahu jelas hal nyata dari kehidupan seperti kualami. Memberikan kesaksian kepadaku dengan jawaban singkat untuk mencoba merubah hidupku..

"Iya, karena aku mencintai aku apa adanya seperti kamu sekarang." Jawabku kepadanya dengan konsisten dan percaya diri tentang aku tersebut. Namun bukan berarti segala pembicaraan aku dan dia, omong kosong. Melainkan berkat dari dirinya, kini aku lebih memahami tentang diriku. Aku mulai berusaha sekuat mungkin mengejar kebahagiaan melalui gaya hidupku. Lagipula selama apa yang dialami, adalah melalui jalan yang baik, suatu ketika orang juga memahami sendirinya menghentikan segala kesalahpahaman berusai. Setiap orang tentu memiliki kepribadiannya, asalkan menikmati, tidak harus meniru. Karena Kepribadian pun memiliki sisi negatif maupun positif bagi mengalami. Melalui jalan setapak tanpa membekas luka pedih dari hidup dirasakan, untuk mencapai kebahagiaan melalui menikmati dengan menjadi diriku apa adanya..


Melalui Jalan Setapak Tanpa Membekas


photo credit: Iceland ~ Landmannalaugar Route ~ Ultramarathon is held on the route each July ~ Hiking to New Camp Site via photopin (license)

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Melalui Jalan Setapak Tanpa Membekas"

Posting Komentar

Budayakan Membaca Sebelum Berkomentar