“Mengapa kamu mencintaiku..” Ucap
Virgo.
“Karena kamu merebut hatiku..”
Ucap Naila.
“Maksudmu..” Ucap Virgo.
“Kamu terlalu baik padaku, jadi..”
Ucap Naila.
“Begitu..” Ucap Virgo.
Pertemuan antara Virgo dengan
Naila sudah terhitung cukup lama juga, dari sejak kecil, orang tua Virgo sudah
mempertemukan mereka berdua untuk berteman. Tapi, Virgo tidak menyangka akan
menjadi seperti ini, tapi lagi..
“Maafkan aku.” Kata Naila.
“Untuk apa?” Tanya Virgo.
“Karena sudah lancang.” Jawab
Naila.
Virgo berpikir sesaat..
“Enggak, kok.”
Kata Virgo.
“Eh?” Tanya Naila.
“Sama sekali, enggak.” Jawab
Virgo.
Naila berpikir sesaat..
“Aku pikir..” Kata Naila.
“Hal itu sudah wajar, karena kita
juga sudah tumbuh besar.” Kata Virgo.
“Jadi, bagaimana?” Tanya Naila.
“Bagaimana ya.” Santai Virgo.
“Serius dong.” Kata Naila.
“Harus aku menjawabnya sekarang?”
Tanya Virgo.
“Terserah kamu sih.” Jawab Naila.
“Melihat wajahmu, aku jadi
kasihan nih.” Canda Virgo.
“Kasihan darimana?” Serius Naila.
“Dari tadi itu loh. Kamu kan
habis nangis.” Canda Virgo.
“Tapi sekarang kan sudah enggak
lagi.” Kata Naila.
“Tapi tetap saja, aku merasa
kasihan.” Canda Virgo.
“Ah, kamu.” Ngambek Naila.
“Jangan ngambek, dong, cuma bercanda kok.”
Kata Virgo.
“Enggak lucu, tahu!” Ngambek
Naila.
“Ok, ok, aku jawab nih.” Kata
Virgo.
“Jadi?” Tanya Naila.
“Aku juga mencintai kamu..” Ucap
Virgo.
“Serius?” Tanya Naila.
“Apa aku tarik lagi kata-kataku?”
Tanya Virgo.
“Eh, jangan.” Jawab Naila.
“Naila, Naila.” Tawa Virgo.
“Syukurlah.” Lega Naila.
Kemudian Virgo memeluk erat Naila
dengan pelukan rasa cinta dan kasih sayang..
“Virgo?” Senyum Naila.
“Iya?” Senyum Virgo.
“Apa menurutmu, kita itu sudah
memang dijodohkan ya?” Senyum Naila.
“Mungkin saja, bisa jadi.” Senyum
Virgo.
“Begitu.” Senyum Naila.
“Nai, kamu tahu, enggak?” Tanya
Virgo.
“Tahu apa?” Tanya Naila.
“Sesungguhnya ini baru pertama
kali aku merasakan namanya cinta.” Jawab Virgo.
“Iya, benar juga, aku juga merasa
begitu.” Kata Naila.
“Aku merasa perasaanku penuh
dengan campur aduk yang menyatu ketika perasaan ini selalu aku jaga.” Kata
Virgo.
“Iya, ternyata kamu sudah lama
juga memendamnya ya?” Tanya Naila.
“Iya, aku hanya menunggu waktu
dan saat yang tepat untuk mengucapkannya.” Jawab Virgo.
“Begitu, enak ya kamu..” Ucap
Naila.
“Kenapa enak?” Tanya Virgo.
“Karena, kamu selalu berada di
depan, membuat orang-orang ingin mengikuti jejakmu.” Jawab Naila.
“Enggak juga..” Ucap Virgo.
“Apa kamu ada masalah?” Tanya
Naila.
“Aku juga sesungguhnya seperti
juga orang-orang pada umumnya.” Jawab Virgo.
Naila terdiam..
“Tapi aku, berusaha untuk
melakukan apa yang kubisa..” Ucap Virgo.
“Berusaha untuk melakukan apa
yang kubisa ya..” Kata Naila.
“Iya.” Kata Virgo.
“Apa kamu bisa melakukan
semuanya..” Ucap Naila.
“Bisa, harus bisa, itu lah
hidupku.” Kata Virgo.
“Begitu..” Ucap Naila.
Seperti yang dikatakan oleh Naila,
Virgo selalu berada di depan dan menjadi panutan bagi orang-orang untuk
mengikuti jejaknya, terutama melindungi Naila di saat kapanpun bagi Naila
membutuhkannya, Virgo selalu datang untuk membantu dengan rasa yakini yang
dimiliki oleh Virgo dengan berusaha untuk melakukan apa yang dibisanya..
Berlalu-lalu bulan mereka berdua
jalankan, hubungan mereka berdua semakin terjalin kuat dengan tumbuh perasaan cinta
yang semakin mendalam dan saling menjaga perasaan yang diyakinkan..
“Naila.” Sapa Virgo.
“Virgo.” Sapa Naila.
“Sudah berbulan-bulan nih, tidak
terasa..” Ucap Virgo.
“Iya, aku akan sebentar lagi
pergi keluar Kota.” Kata Naila.
“Karena orang tuamu ya?” Tanya
Virgo.
“Iya, tapi tidak lama kok, mungkin
kita akan hilang kontak untuk sementara.” Jawab Naila.
“Tidak apa-apa, aku akan selalu
menunggumu disini.” Kata Virgo.
“Terima kasih.” Senyum Naila.
“Sama-sama.” Senyum Virgo.
“Kamu sendiri ada rencana?” Tanya
Naila.
“Aku membantu usaha orang tuaku
disini.” Jawab Virgo.
“Begitu..” Ucap Naila.
Tiba-tiba raut muka Naila berubah
seiring seperti mengharapkan waktu yang berputar kembali mundur..
“Kenapa?” Tanya Virgo.
“Aku merasa akan takut, karena
pada biasanya dan selalu juga kamu melindungiku dan berada di depanku, tapi
sekarang.” Terdiam Naila.
“Ambil ini.” Kata Virgo.
“Eh?” Bingung Naila.
“Bila kamu takut, dan lain
sebagainya, aku selalu hadir dalam kalung yang ku ukir nama kita berdua.” Kata
Virgo.
“Virgo.” Tersenyum Naila.
“Aku harap kamu selalu ingat tiap
detik waktu yang berputar hingga kini, terus dan selalu menjaga perasaan ini,
aku menunggumu untuk kembali.” Kata Virgo.
“Iya, kamu juga. Maaf aku tidak
bisa memberi apa-apa padamu, tidak seperti kamu yang sudah selalu seperti sedia
menyiapkan segala sesuatu untukku.” Kata Naila.
“Tidak apa-apa kok, aku hanya
mengharapkan darimu untuk menjaga cinta ini.” Kata Virgo.
“Iya, aku berusaha melakukan juga
apa yang kubisa.” Kata Naila.
“Iya, berjuanglah, Naila.” Kata
Virgo.
“Iya.” Kata Naila.
Beberapa waktu terus berlalu dan
berputar, Virgo selalu menunggu Naila di tempat biasanya mereka berdua bertemu
untuk menunggunya. Namun, sudah tahun per tahun secara terlewatkan cukup lama,
Naila belum mengirimkan kabar. Tapi Virgo terus menunggu dan selalu berdoa juga
padanya agar selalu baik-baik saja dan sehat selalu, hingga..
“Aku kembali..” Ucap Naila.
“Naila..” Ucap Virgo.
Virgo memeluk erat Naila,
pelukkan rasa hangat tersebut seperti dirasakan oleh Naila dan Virgo pada
kenangannya dulu..
“Maafkan aku..” Ucap Naila.
“Kenapa?” Tanya Virgo.
“Karena aku tidak bisa melakukan
apa yang kubisa untuk menjaga pemberian darimu.” Sedih Naila.
“Kalung itu ya..” Kata Virgo.
“Iya, aku tidak bisa seperti
kamu, aku malu dan merasa sangat bersalah. Aku datang kemari memberanikan diri
memohon maaf darimu.” Kata Naila.
“Jangan pikirkan, terpenting kamu
sudah datang, aku juga sangat senang.” Kata Virgo.
“Aku dari sekian banyak orang
yang ingin selalu mengikuti jejakmu, aku yang selalu ingin mencontoh dari jalan
hidupmu, tapi..” Ucap Naila.
“Kamu tidak perlu menjadi diriku
ini. Jadilah dirimu sendiri, itu lebih baik..” Ucap Virgo.
“Tapi, aku hanya ingin mencoba
kuat seperti keadaanmu saat ini, kamu selalu bisa melakukan apa yang kamu bisa
yang diluar perkiraan dari orang sekitar, untuk itu aku mencoba mengubah
hidupku dengan pergi keluar kota untuk kamu, aku hanya ingin membuktikan adalah
kuat, apa aku tidak boleh?” Tangis Naila.
“Naila.” Kata Virgo.
Naila menangis dalam pelukkan
Virgo, Virgo hanya terdiam seraya tanpa berkata apa-apa. Selama itu, Virgo hanya
bisa mendiamkan Naila untuk sesaat sampai dia dapat tenang kembali. Suatu
ketika..
“Naila, Naila!” Teriak Virgo.
“Virgo, maaf..” Tangis Naila.
“Tenang, aku akan berusaha
melakukan apa yang kubisa menyelamatkanmu.” Kata Virgo.
“Jangan melindungiku lagi, aku
sudah tidak dapat bertahan.” Kata Naila.
Virgo merasa Naila merasa sakit
karena terlalu membebankan hidupnya dengan pikiran dahulunya, Virgo menggendong
Naila dengan fisik sangat lemah menuju ke tempat orang tuanya. Tapi..
“Naila!” Tangis Virgo.
Naila menutup mata dengan
tersenyum penuh dengan perasaan menekan hidupnya, Virgo merasa sangat bersalah
dengan apa yang diyakinkan dan ucapkan sebagainya terhadap Naila, terutama juga
ketika Virgo mendiamkan Naila, Virgo merasa Naila diabaikan. Beberapa hari
berlalu dengan cepat mengiringi waktu berputar, Virgo tidak bisa melupakan perasaan
cinta sejati yang terhanyut meninggalkan bekas luka yang berlalu itu, Hingga suatu
ketika..
“Ini.” Tangis Virgo.
Virgo menemukan sesuatu yang
indah di mata Virgo dalam sebuah kotak kecil dengan ukiran yang pernah diukir
dan diberikan kepada cinta sejatinya itu, meninggalkan pesan di belakang, “Aku
Menemukannya.” Tidak lupa meninggalkan pesan dalam kotak kecil tersebut, “Terima
kasih untuk segalanya, aku sadar apa yang aku lakukan, fisikku dari awal sudah
memang sangat lemah, jangan menyalahkan dan bersalah, aku merasa sangat senang
dan bersyukur bertemu denganmu, aku selalu menjaga perasaan cinta sejati ini
hingga akhir hidupku.”
“Aku juga.” Tangis Virgo.
mantap ceritanya :D dan yang terpenting dari cerita ini adalah "Jadilah Diri Sendiri". yah itu menurut saya :D hehehe
BalasHapusBetul sekali, jadi diri sendiri itu sudah lebih baik sekali, sama pun juga dari menurut saya, hehe..
HapusTerkesan jadul, karena jarak memisahkan mereka berdua. Pasti alat komunikasi mereka terbatas. :)
BalasHapusIya, ceritanya kiranya terasa begitu ya, saya juga jadi baru menyadarinya sekarang.. :)
HapusManis Banget... Eh terasa getir juga ding
BalasHapusTerima kasih, hehe, ada pesannya juga?
Hapusalasan penolakan sejuta umat "kamu terlalu baik" hiehiehiee
BalasHapusMaksudnya gimana ya itu? Terima kasih bila terhibur.. :)
Hapusnyimak dulu mas, panjang ceritanya :D
BalasHapusWah, iya, silahkan saja.. :)
Hapus