Pesawat Kertas


Tanggal 7 September 2014, bintang bertaburan di Langit, bersama iringan angin sepoi-sepoi bertiup dari ufuk timur menuju ke barat, pesawat kertas terbang mengitari bentangan cakrawala, seperti memberikan suatu pesan atau petunjuk sebuah kehidupan, sambil duduk di Lapangan luas ikut membentang juga, aku menikmati pemandangan tersebut..

“Hai.” Sapa Ken.

“Hai.” Sapa Nao.

“Sedang apa?” Tanya Ken.

“Santai saja.” Jawab Nao.

“Begitu.” Ucap Ken.

“Iya.” Ucap Nao.

Hari ini aku bertemu dengan seorang yang tak ku kenal, aku agak takut dan tidak jadi percaya diri..

“Perkenalkan namaku, Ken.” Salam Ken.

“Iya, namaku, Nao.” Salam Nao.

Entah kenapa, tiba-tiba perasaan tadinya yang dirasakan menghilang dalam sekejap mata ketika aku bersalaman dengan seorang yang tak ku kenal, namun ku merasa dirinya seperti seakan-akan mengenalku, padahal seiring waktu berjalan dalam hidupku..

“Kamu sangat suka sendirian?” Tanya Ken.

“Iya.” Jawab Nao.

“Tenang ya.” Kata Ken.

“Iya.” Kata Nao.

Aku merasa pada diriku adalah orang sangat lemah, iringan angin yang tadinya meniup dengan sepoi-sepoi perlahan berubah menjadi kencang. Semalam itu aku habiskan berdua dengannya hening hingga tertidur pulas tanpa kusadarkan..

Seperti yang kukatakan aku Nao adalah seorang pelajar yang merasa sangat lemah selain agak takut dan tidak percaya diri yang kumiliki dengan bertemu orang-orang asing yang tak ku kenali, karena kekurangan itu juga membuat tidak dapat menyesuaikan keadaan diriku dengan teman-teman sekelasku terlebih lagi yang berbeda dengan dari teman sekelasku. Walaupun mereka semua bukan orang asing..

“Nao.” Sapa Ben.

“Ben.” Sapa Nao.

“Tumben hari ini kamu masuk kelas, karena biasanya.” Kata Ben.

“Jangan ganggu Nao.” Kata Nia.

“Kenapa?” Tanya Ben.

“Kamu tahu sendiri, kan?” Tanya Nia.

“Iya, memang, yang ku tanya kenapa kamu selalu mencampuri urusan laki-laki?” Tanya Ben.

“Karena dia adalah temanku.” Jawab Nia.

Teman, aku mengingat sesuatu dan perasaanku tiba-tiba bergejolak sesuatu..

“Oh, begitu. Tidak lebih?” Tanya Ben.

Nia terdiam..

“Kalau tidak lebih, jangan ikut campur.” Kata Ben.

“Tapi.” Kata Nia.

“Ah, sudah.” Kata Ben.

Ben selalu ingin mengganggu dalam kehidupanku, hal tersebut yang membuatku sangat sakit dan merasakan pada diriku adalah orang yang sangat lemah. Apalagi aku selalu dilindungi oleh teman cewek sekelasku, hal tersebut membuat Ben semakin menggangguku..

Tapi, sudah secara kuketahui, apa yang membuat Ben sangat senang mengganggu hidupku, namun aku masih belum menemukan jawaban yang merupakan alasan yang jelas, mengapa dia berbuat semua ini? Seakan seperti ingin memberitahukan sesuatu hal..

“Ayo kita tanding panco.” Kata Ben.

Aku terdiam..

“Diam berarti iya.” Kata Ben.

Beberapa lama kemudian..

“Aku menang.” Kata Ben.

Aku terdiam lagi..

“Ayo kita tanding yang lain lagi.” Kata Ben.

Aku pergi meninggalkan Ben..

“Hei!” Teriak Ben.

Hari yang ku lalui sangat terasa menjadi menyedihkan bagi hidupku, hal itu yang membuat pada hidupku tidak merasa sangat yakin dan percaya dengan jalan hidupku. Andai kala ada sebuah keajaiban terjadi..

“Nao, kamu tidak apa?” Tanya Nia.

“Iya, tidak apa-apa.” Jawab Nao.

“Nao.” Sapa Nia.

“Apa?” Tanya Nao.

“Tidak apa-apa.” Jawab Nia.
.
“Begitu.” Kata Nao.

Kemudian, Nia pergi meninggalkanku sendirian. Sepulang dari Sekolah. Aku melihat kembali pesawat kertas yang terbang semalam lalu terjadi lagi pada Siang ini tanggal 14 September 2014..

“Nao.” Sapa Ben.

Aku terdiam..

“Maafkan aku yang tadi.” Ucap Ben.

“Kenapa tiba-tiba?” Tanya Nao.

“Rumit jika dijelaskan, kamu mau memaafkanku?” Tanya Ben.

“Iya.” Ucap Nao.

“Terima kasih.” Ucap Ben.

“Iya.” Ucap Nao.

Sesuatu terjadi lagi seiring terjadi dalam suatu kehidupanku, tanpa kusadarkan juga, perasaan buruk kurasakan tiba-tiba sirna, seakan menerbangkan perasaan tersebut ke tempat nun jauh..

Tanggal 21 September 2014, aku mengawali Pagiku hari ini seperti biasanya keluar dari Rumahku untuk berangkat Sekolah. Aku melihat sesuatu lagi melintas dari cakrawala biru yang bersahabat, pesawat kertas yang pernah kulihat sebelumnya..

“Nao.” Sapa Nia.

“Nia.” Sapa Nao.

“Hari yang indah ya?” Tanya Nia.

“Iya.” Jawab Nao.

“Kenapa kamu akhir-akhir selalu menemaniku?” Tanya Nao.

“Untuk menebus sebuah kesalahan.” Jawab Nia.

“Kesalahan?” Tanya Nao.

“Iya.” Jawab Nia.

Tawaku kemudian..

“Syukurlah.” Senyum Nia.

“Eh?” Tanya Nao.

“Akhirnya kamu tertawa juga.” Jawab Nia.

“Oh.” Pikir Nao.

Kenapa aku tertawa? Jika dipikir-pikir juga, hari-hari pada biasanya yang kujalani selalu terasa suram dan menyakitkan, hanya sendirian, berjalan, dan terus melangkah bagaikan tanpa adanya arah dan tujuan yang jelas dalam hidupku. Tapi sepertinya ada sesuatu hal yang tiba-tiba mengubah kehidupanku namun tak kusadarkan..

“Halo?” Tanya Nia.

“Oh, maaf. Tadi mau bilang apa?” Tanya Nao.
 
“Iya, selama ini aku selalu mengkhawatirkan keadaan kamu, Nao..” Ucap Nia.

Ucap Nia sambil Nia mengenggamkan kedua tangannya..

“Lalu?” Bingung Nao.

“Namun, aku merasa tidak bisa sangat untuk membantu dalam hidupmu..” Ucap Nia.

Ucap Nia sambil Nia menambahkan tenaganya mengenggam..

“Oh.” Khawatir Nao.

“Untuk itu, aku ingin menebus kesalahanku..” Ucap Nia.

Ucap Nia sambil Nia memegang kedua pundak bahuku..

Aku dapat merasakan kedua tangannya yang mengenggam dengan perasaannya yang sangat tulus..

“Tidak apa-apa, tidak perlu dipikirkan..” Ucap Nao.

“Tapi, bagaimana bisa, kamu selalu menghadapi setiap persoalan dalam hidupmu dengan sendirian, tanpa adanya seorang yang dapat memberikan pangkuan atau dorongan, semua itu dapat kurasakan, rasa menyakitkan dari kehidupan seperti itu.” Sedih Nia.

Kenapa sampai sejauh itu dia memikirkan dalam hidupku? Aku pikir, aku merasa sangat egois, aku selalu memikirkan hidupku, namun tak kusadarkan juga bahwa Nia selalu memperhatikanku..

Nia menangis sambil mengenggam kedua tanganku dengan perasaannya yang tulus..

Aku berdiam diri di sebuah Taman pada Sore harinya sambil menikmati bunga-bunga yang indah dan pesawat kertas yang terbang melintas dari jauh ke tempatku berada pada tanggal 28 September 2014, hal tersebut selalu saja terjadi berulang kali pada setiap minggunya..

“Ini.” Pikir Nao.

Kira-kira pada sebulan yang lalu, aku mengingat. Aku membuatnya selama untuk seminggu penuh, dengan penuh kerja keras dan perasaan yang aku rasa meyakinkan, bahwa dengan berbuat ini setiap minggunya, dapat menyampaikan perasaan kita tentang antara satu sama yang lain, aku menerbangkan pesawat kertas dengan menuliskan sesuatu dalamnya tersebut tentang hidupku..

“Aku ingin Seorang Teman.” Tulis Pesawat Kertasku.

“Ketika melihat pesawat kertas, aku juga pernah sendirian, melihatmu kembali menyadarkan hidupku, yang akhirnya membuat segala sesuatu menjadi hancur berantakan hingga berkeping-keping, sesuatu hal juga ingin kuberitahukan padamu, namun sesuatu hal selalu saja membuatku sukar mengucapkannya, mungkin bagimu, aku adalah orang asing. aku ingin berteman denganmu.” Tulis Pesawat Kertas Ken.

“Ketika melihat pesawat kertas, maafkan sudah berbuat kasar, tiap hari mengajakmu untuk bertanding denganku, hanya mencoba untuk memberitahukan sesuatu padamu, semua kekasaran untuk mengajakmu selalu bertanding, hanya ingin mengembalikan hidupmu dan mencoba untuk membangkitkanmu, jika boleh, aku ingin berteman denganmu.” Tulis Pesawat Kertas Ben.

“Ketika melihat pesawat kertas, diam-diam aku melihatmu, selalu disakiti membuat hidupmu jadi berantakan, tapi kamu selalu mencoba untuk menjauh, aku berpikir aku berbuat suatu kesalahan, pada ingin kuberitahukan sesuatu hal padamu, aku ingin berteman denganmu.” Tulis Pesawat Kertas Nia.

“Begitu.” Kata Nao.

“Ternyata kita memiliki masalah-masalah sendiri namun sukar untuk terungkapkan antara satu sama lain..” Ucap Nao.

Sesuatu menyadarkanku juga dan mengingat namun masih terlihat samar-samar..

“Setuju, satu tujuan..” Ucap Ken.

“Searah, satu arahan..” Ucap Ben.

“Sesama, satu sama..” Ucap Nia.

Senyumku pada mereka bertiga, dan samar-samar itu mulai memperlihatkan titik terangnya..

“Tapi, ada sesuatu belum dapat kumengerti.” Kata Nao.

“Kamu ingin tahu tentang kita semua, kan?” Tanya Ken.

Aku mengangguk..

“Kita pernah bertemu..” Ucap Ken.

Aku melihat pesawat kertasku kembali dengan sangat teliti. Aku mengingatnya..

Sesuatu hal menyadarkan aku dengan sesuatu hal dalam masa lalu hidup yang menjalin kita berempat, yang pernah mengikat namun tak disadarkan juga oleh aku dan mungkin juga oleh yang lainnya disini, perasaan asing yang pernah kurasakan pada sebelumnya, kini telah berubah menjadi perasaan tulus, untuk mencoba terbuka memandang meluas tentang hidupku dan yang lain, aku tidak sendirian, aku bersama mereka, suatu keajaiban benar terjadi pada hidupku untuk mengingat dan juga menyadarkan sesuatu  tentang petunjuk atau pesan pada kehidupan melalui pesawat kertas yang terbang mengitari bentangan cakrawala biru..


 Pesawat Kertas

Postingan terkait:

2 Tanggapan untuk "Pesawat Kertas"

  1. sungguh luar biasa pesan hikmah yang bisa diambil dari uraian kata yang berjudul pesawat kertas :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, semoga terhibur dari ceritanya, tujuan terutama dari cerita yang saya kelola ini.. :)

      Hapus

Budayakan Membaca Sebelum Berkomentar