Bangku Sekolah

Belajar adalah kegiatan seorang murid Sekolah yang duduk Bangku Sekolah, hal tersebut membuatku terus dan selalu tidak bisa lepas dari diriku yang sebenarnya, bila tidak belajar, aku tidak berani untuk memandang masa depanku..

“Nata.” Panggil Pak Guru.

“Bumi.” Jawab Nata.

“Seperti biasa, kamu dapat menjawab benar.” Kata Pak Guru.

“Terima kasih Pak.” Kata Nata.

Teman-teman yang berada dalam sekelasnya memuji dan merasa bangga memiliki teman seperti diriku. Namun hal tersebut hanya berlaku sesaat..

“Nata, tolong ajarkan aku juga, boleh?” Tanya Mita.

“Iya.” Jawab Nata.

Karena aku seorang yang dikenal sebutan kutu buku yang tidak bisa lepas dari tempatku berada, tidak ada yang mau berteman denganku, karena berbagai alasan yang dimiliki setiap orang, aku tetap tidak menghiraukannya dan berpegang teguh pada prinsip hidupku untuk selalu belajar dan tidak ingin beranjak dari Bangku Sekolah, kecuali keterpaksaan..

“Nata, kamu tahu enggak?” Tanya Mita.

“Bila itu, soal yang tidak penting dan tidak berkaitan belajar, jangan dibicarakan.” Jawab Nata.

“Nata, kamu memang cuek seperti biasanya.” Kata Mita.

“Itu adalah prinsip hidupku.” Kata Nata.

“Baik, baiklah, aku juga sudah tahu. Aku bukan mau berbicara itu juga.” Kata Mita.

“Apa yang ingin kamu bicarakan?” Tanya Nata.

“Aku ingin tahu saja, tentang cerita dari hidup Bangku Sekolah.” Jawab Mita.

“Cerita Bangku Sekolah?” Tanya Nata.

“Iya. Bukannya itu cerita yang kamu buat dan terkenal di sekitar Sekolah?” Tanya Mita.

“Itu tidak berkaitan dengan soal belajar.” Jawab Nata.
 
“Oleh Guru, teman-teman sekitar lainnya, semuanya disini menunggu kelanjutannya.” Kata Mita.

“Bukannya sudah aku selesaikan?” Tanya Nata.

“Sama sekali belum, menurutku..” Ucap Mita.

“Menurutmu ya..” Ucap Nata.

Dapat kuakui, salah satu teman yang mencoba dekat dan ingin berteman denganku, hanya Mita, Mita mengetahui apa saja kegiatan keseharianku di Sekolahku, yang dimana hampir setiap waktu kuhabiskan semua itu hanya berada Bangku Sekolah, dan apa yang dikatakan oleh Mita mungkin juga ada benarnya bagiku tentang cerita dari Bangku Sekolah yang pernah aku buat..

Cerita seorang pelajar yang dimana selalu menghabiskan waktunya dengan belajar untuk meraih masa depan. Namun sayangkali, dia harus menghabiskan waktunya tersebut dengan setiap tekanan hidup selama berada Bangku Sekolah. Tak ada teman, tak ada siapapun. Yang ada hanya dirinya bersama Bangku Sekolah tersebut. Banyak yang mempertanyakan juga dengan cerita tersebut kepadaku, mengenai kelanjutannya, tapi aku mengatakan seperti yang kukatakan kepada Mita..

“Iya, cerita tersebut ditulis dengan penuh perasaan yang mengalir suka-duka yang dirasakannya sebagai seorang pelajar yang selalu menghabiskan waktunya belajar di Bangku Sekolah, aku yakin cerita tersebut tidak pernah berakhir, kecuali.” Kata Mita.

“Kecuali?” Tanya Nata.

“Dia sudah beranjak keluar dari tempatnya berada dan lepas dari perasaan tertekan yang ada pada hidupnya, dengan pandangannya hanya terfokus pada satu arah saja.” Jawab Mita.

“Begitu..” Ucap Nata.

Aku merasakan hal yang tidak kuketahui, mengenai cerita Bangku Sekolah, mungkin ada benarnya juga, atau tepatnya itu benar..

“Sudah, kita lanjutkan saja dengan belajarnya.” Kata Mita.

“Iya.” Kata Nata.

Kemudian, aku menjelaskan kepada Mita, mengisi waktu kekosongan setiap hari dan setiap kali dalam hidupku, walaupun aku memiliki seorang teman yang bernama Mita tapi tetap saja bagiku, tidak ada teman, tidak ada siapapun, hanya aku yang duduk Bangku Sekolah..

“Nata.” Sapa Mita.

“Iya.” Jawab Nata.

“Hari ini kita belajar menggambar yuk.” Kata Mita.

“Menggambar?” Tanya Nata.

“Iya, menggambar.” Jawab Mita.

Benar juga, menggambar adalah salah satu kegiatan belajar juga dari Sekolah namun..

“Aku tidak bisa menggambar.” Kata Nata.

“Tenang saja, aku juga.” Kata Mita.

“Terus, untuk apa kamu mencariku disini?” Tanya Nata.

“Kita belajar bersama.” Jawab Mita.

“Begitu..” Ucap Nata.

Aku tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh Mita, karena sepertinya ada banyak hal juga yang tidak kuketahui darinya,  semua itu terlihat dari beberapa hari yang dihabiskan bersama dengannya..

“Lihat, dari gambar ini.” Kata Mita.

“Gambar ini..” Ucap Nata.

Gambar ini adalah gambar yang seperti suatu karya yang pernah kubuat dan dituliskan dalam cerita dahulu Bangku Sekolah, walaupun hanya itu salah satu gambar yang dapat kubuat dengan seusaha mungkin dilakukan. Gambar itu juga kujadikan sampul dari buku tersebut..

“Bagaimana, mungkin?” Tanya Nata.

“Semua ini sudah aku rencanakan, Nata.” Jawab Mita.

Aku terdiam dan terpaku sambil melihat gambar tersebut..

“Aku berhasil membuatnya, karena setiap hari dan setiap kali, kita habiskan waktu bersama-sama disini, duduk di Bangku Sekolah, belajar bersama, karena itu alasannya.” Kata Mita.

“Kamu, kenapa kamu selalu mengkaitkan dengan Bangku Sekolah?” Tanya Nata.

“Karena Bangku Sekolah sangat berharga bagiku.” Jawab Mita.

“Hal tersebut hanya cerita biasa yang kutuliskan disini.” Kata Nata.

“Bagiku, Bangku Sekolah adalah cerita yang penuh dengan perasaan dan keistimewaan sendiri yang dapat dirasakan bagi orang-orang mengalaminya.” Kata Mita.

“Keistimewaan?” Tanya Nata.

“Iya, seperti pada halnya saat ini.” Jawab Mita.

“Begitu..” Ucap Nata.

Aku merasakannya, cerita yang harusnya berlanjut itu akan kulanjutkan pada hari dimana kesempatan akhirnya aku harus beranjak dari tempatku berada, bukan mengejar dan memandang selalu terpaku pada satu arah lagi namun melainkan pada keistimewaan itu sendiri, keistimewaan yang dimiliki oleh orang-orang tertentu saja..

“Ternyata, begitu, aku terus dan selalu juga menguji lewat ketidaktahuan yang aku miliki untuk mengetahui tujuanmu sebenarnya.” Kata Nata.

“Eh. Nata?” Tanya Mita.

“Iya, setiap kaliku dimana mengucapkan begitu adalah hal yang aku uji.” Jawab Nata.

“Aku berpikir hanya aku juga sendirian yang dapat merasakannya dari Bangku Sekolah.” Kata Mita.

“Aku berpikir juga begitu pada sebelumnya.” Kata Nata.

“Aku mengharapkan cerita ini akan ada kelanjutannya, Nata. Karena walaupun ada suka duka melengkapi dari cerita ini, cerita ini masih terlihat begitu mengkhawatirkan, semua yang ada disini sangat mengharapkan kelanjutan ceritanya.” Kata Mita.

“Benar, mengkhawatirkan, itu keistimewaannya.” Kata Nata.

“Iya.” Kata Mita.

“Aku mengetahui yang tidak kuketahui darimu, tentang perasaan yang tercoret dalam tulisan bersama Bangku Sekolah ini, harus ada akhir membahagiakan.” Kata Nata.

“Karena kita bersama semua disini pelajar, sama-sama juga belajar, tidak ada yang sendiri, tidak ada yang tidak memiliki siapapun.” Kata Mita.

“Iya, kamu menyadarkanku dengan serasa keegoisan yang ada dalam diriku, mementingkan kepentingan diri sendiri, melupakan yang lainnya disini.” Kata Nata.

“Kamu tidak egois, kok. Karena itu berisikan curahan dari perasaan yang kamu tuangkan dalam sebuah cerita tersebut. Semua disini sangat merasakannya, karena merasakan, maka mengkhawatirkan.” Kata Mita.

“Tentang seorang pelajar yang hidup dengan selalu belajar, hal tersebut seharusnya juga dirasakan bagi setiap pelajar, namun dengan setiap masalah berbeda yang dimilikinya sendiri.” Kata Nata.

“Benar, karena itu, Nata, beranjak dari Bangku Sekolah!” Teriak Mita.

Teman-teman berada Sekelas tersebut tersenyum sambil mendengar perkataan Mita dan memperhatikan Nata bersamanya..

“Tidak.” Kata Nata.

“Eh?” Tanya Mita.

Teman-teman yang lainnya ikut terdiam..

“Aku tidak akan atau pun ingin beranjak dari Bangku Sekolah, bila tidak bersama semuanya!” Teriak Nata.

“Iya!” Teriak Semuanya.
Pak Guru yang baru ingin melangkahkan kakinya menuju ke Kelas yang dimana tempat seharusnya mengajar saat itu, tersenyum memandang semuanya berada dalam Kelas lewat celah jendela, ketika mendengar perkataan Nata dan Mita yang memotivasi satu Sekolah tersebut. Bahwa setiap orang memiliki tekanan hidupnya, namun dengan bahu-membahu, memberikan tempat untuk sandaran, kita bersama bisa menghadapinya..

Aku belajar, bahwa tekanan hidup yang kurasakan sebenarnya bukan milikku seorang diri, kegiatan yang memfokuskan diri terpaku hanya mengejar impian. Sekarang aku tidak perlu menanggung itu dalam sangkar, aku akan terbang bebas bersama yang lainnya disini, dan itu mungkin akan menjadi tulisan akhir dari cerita Bangku Sekolah disini yang dituliskan oleh Nata..


Bangku Sekolah


photo credit: Empty Spaces of Learning York University via photopin (license)

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Bangku Sekolah"

Posting Komentar

Budayakan Membaca Sebelum Berkomentar